SERANG, SAWIT INDONESIA – Nama Jend. TNI (Purn) Moeldoko menjadi pilihan utama petani sawit sebagai bakal calon Wakil Presiden RI pada 2024 mendatang. Sejumlah kriteria telah dimiliki Moeldoko salah satunya memberikan perhatian besar terhadap permasalahan petani.
Dalam pertemuan petani sawit wilayah Banten, banyak peserta berulang kali menggemakan nama Moeldoko untuk dijadikan Cawapres 2024.
“Moeldoko Cawapres 2024,” seru para peserta tanpa ada yang mengomandoi.
Dr. Gulat ME Manurung, MP.,CIMA, Ketua Umum DPP APKASINDO yang hadir dalam pertemuan tersebut, mengamini keinginan petani sawit di Banten. Benar Sosok Pak Moeldoko sudah dibahas dalam Rapat Kerja Nasional APKASINDO di Padang pada pertengahan Juni lalu untuk dibawa menjadi Calon Wapres RI pada 2024 mendatang.
Bagi anggota APKASINDO, peranan dan kontribusi Jend. TNI (Purn) Moeldoko sangat dirasakan sebagai Ketua Dewan Pembina APKASINDO, jadi tidak perlu diragukan lagi. Tentu semua elemen masyarakat bebas menyampaikan pendapat dan kami berhak menata masa depan kami dengan pemimpin yang kami anggap mengenal kami petani sawit.
“Memang benar kami petani sawit menginginkan Ketua Dewan Pembina Kami maju sebagai Bakal Calon Wakil Presiden 2024. Pastinya, Pak Moeldoko akan mendapatkan dukungan suara minimum dari 17 juta petani sawit dan pekerja sawit,” tegas Gulat Manurung.
Gulat menjelaskan bahwa terdapat lima kriteria yang dimiliki Moeldoko sebagaimana yang sudah kami gariskan. Untuk itu Dalam waktu dekat, jajaran APKASINDO segera menanyakan kesediaan beliau secara langsung.
“Namun yang pasti kami tidak berpolitik praktis dan tidak melihat dari partai mana Bakal Calon Wapres tersebut, tapi fokus kepada lima poin kriteria kami dan itu ada disosok seorang Jend TNI (Purn) Moeldoko” ujar Gulat yang didampingi H Wawan, SE, Ketua DPW APKASINDO Banten.
Lalu apa saja lima kriteria Cawapres idaman petani sawit yang dimiliki Moeldoko? Pertama, Wapres harus menguasai sisi ekonomi, sosial dan lingkungan kelapa sawit. Kedua, memahami keunggulan sawit dan sensitivitas ekonomi nasional terletak di sektor hulu perkebunan sawit rakyat.
Ketiga, memahami bahwa hilirisasi petani melalui kelembagaan petani (koperasi dan poktan) adalah masa depan kesejahteraan petani sawit.
Keempat, sepakat bahwa arah kebijakan sawit Indonesia harus melekat melibatkan stakeholder sawit.
Kelima, kepastian hukum hak kepemilikan tanah petani sawit adalah mutlak dan merupakan strategi meningkatkan pemasukan negara melalui pajak dan kewajiban stakeholder sawit lainnya.
Pertemuan Banten
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), sebagai organisasi petani sawit terbesar di Indonesia yang didirikan oleh Prof. Agus Pakpahan 23 tahun lalu, pada 6 bulan terakhir sangat intens menjalin kordinasi ke 164 DPD Kabupaten Kota dari 22 Provinsi perwakilannya. Kordinasi ini sekaligus digunakan untuk menjaring kriteria Presiden dan Wakil Presiden berikutnya.
“Apkasindo rutin berkoordinasi ke 164 DPD Kabupaten Kota dan 22 DPW Provinsi APKASINDO. Hari ini Sekjen Dr. Rino Afrino akan ke Kalimantan Tengah bersama Satgas Tatakelola Sawit untuk memastikan kepentingan petani sawit prioritas utama dari Satgas Sawit tersebut dan hal ini sudah diungkapkan oleh Ketua Satgas, Pak Luhut Panjaitan,” jelas Gulat.
Dalam Pertemuan Petani Sawit di Banten, ada keprihatinan dengan kondisi harga TBS akibat tidak adanya Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Tata Niaga TBS Petani. Tanpa regulasi tersebut, akan berdampak tidak adanya Tim Harga Tata Niaga TBS Provinsi Banten.
“Jadi harga TBS Petani di Banten mengawang-awang tanpa dikawal oleh Pergub dan Tim Harga yang di SK kan oleh Gubernur, ini salah satu mengapa saya harus hadir langsung di Banten,” ujarnya.
Gulat mengatakan pengurus selalu berkordinasi dengan Ketua Dewan Pembina DPP APKASINDO, Jend TNI (Purn) Dr. Moeldoko, M.Si yang kebetulan juga Kepala Staf Presiden (KSP) dan sudah memberikan arahan teknis untuk kami kerjakan sebagai pengurus APKASINDO dari Aceh sampai Papua.
“Untuk ke Banten ini, kami khusus didampingi Dewan Pembina kami, Mayjend TNI (Purn) Erro Kusnara, yang juga Tenaga Ahli Utama di KSP.”
“Kami menyayangkan saat harga CPO mulai bergairah, tapi harga TBS jauh dibawah HPP. Anda bisa bayangkan betapa terpuruknya kami jika HPP (harga pokok produksi) Rp2.150/kg tapi dibeli PKS hanya Rp1.600/kg-1900 dan ini terjadi di semua daerah penghasil tsb. Kondisi ini sudah berlangsung lama terkhusus 6 bulan terakhir. Inilah fokus utama kami saat ini, normalisasi harga TBS dengan berbagai upaya dan pendekatan ke pemerintah serta ke korporasi. Dan Banten dan Sulawesi adalah prioritas utama kami,” ujar Gulat.
Provinsi Banten menempati provinsi harga TBS sawit terendah se-Indonesia, disusul Sulsel, Sultra, Sulteng dan Sulbar.
Gulat berharap segera didirikannya Bursa CPO Indonesia, tapi nampaknya capaian target Pak Mendag bulan Juli ini mundur dengan berbagai alasan.
“Padahal Bursa CPO ini sudah perintah langsung Presiden Jokowi ke Kemendag tahun lalu, tapi kami tidak akan menyerah, tetap memonitor dan berkordinasi melalui hadir rapat FGD kementerian terkait perihal proses dan kendalanya apa saja” tegas Gulat.
Saat ini, dikatakan Gulat, harga CPO sangat tergantung ke hasil tender CPO di KPBN (BUMN) dan hal ini sangat berhubungan ke Harga TBS kami petani. Sepanjang harga TBS kami tergantung ke harga tender CPO Domestik di KPBN maka harga TBS kami akan segitu-segitu saja, karena harga CPO domestik KPBN akan muter-muter disitu, dengan bursa CPO nanti semuanya akan transparan dan kompetitif dan semua stakeholder sawit, terkhusus negara akan menerima multi manfaat.
Dengan masa-masa sulit seperti ini, tentu kami menginginkan kriteria Cawapres yang akan mendukung program Presiden yang sudah kami gariskan di Padang saat Pertemuan Ketua-Ketua DPW APKASINDO dari 22 Provinsi (12/6).
“Sayang jika nantinya Presiden dan Wakil Presiden berikutnya, tidak punya terobosan strategis yang sudah digariskan oleh Presiden dan Wakil Presiden sekarang sebagai peta jalan” lanjutnya.
“Tentunya untuk itu diperlukan komitmen tegas dari bakal calon Wapres untuk menolong kami petani sawit kedepannya dan kami melihat Pak Moeldoko adalah jawabannya ,” pungkas Gulat.