Musim Mas memiliki komitmen kuat dalam praktek tata kelola lingkungan. Sertifikat sawit berkelanjutan yang dimilikinya sangat lengkap. Mulai dari ISPO, RSPO, dan ISCC. “Target kami adalah menjadi perusahaan sawit dengan emisi karbon terendah dan sustainable,” kata Togar Sitanggang, Senior Manager Musim Mas Grup.
Untuk mewujudkan target tadi, perusahaan sudah membangun pembangkit biogas di seluruh pabrik sawitnya. Togar Sitanggang menjelaskan bahwa pembangkit biogas akan berguna untuk mengumpulkan gas metana dari limbah cair sawit yang akan dijadikan sumber listrik ramah lingkungan. Melalui pengolahan limbah yang terintegrasi dapat menjadi solusi menekan emisi gas karbon dalam kegiatan pabrik kelapa sawit.
Selain itu, Musim Mas telah menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang mendapat sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk seluruh aset perkebunannya seluas 139.318 hektar.
Berikut ini petikan wawancara kami dengan Bapak Togar Sitanggang di Jakarta, pada 10 September 2018, berkaitan dengan perkembangan perusahaan terkini. Berikut ini petikan wawancaranya:
Sejak kapan Musim Mas mulai mengembangkan pabrik biodiesel?
Musim Mas sudah punya kemampuan memproduksi biodiesel sejak 2007. Dalam pandangan perusahaan, Kami melihat akan ada masanya biodiesel dipakai. Dalam kenyataanya, pabrik mulai beroperasi walaupun roadmap BBN baru berjalan sekitar tahun 2008.
Apa yang membuat bisnis biodiesel Musim Mas bertahan hingga sekarang?
Di awal memang produksi biodiesel ditujukan ke pasar ekspor. Lantaran, mandatori belum berjalan optimal. Pembeli biodiesel cenderung negara maju yaitu negara-negara di kawasan Uni Eropa, mereka lebih concern ke penggunaan biofuel dibandingkan negara lain seperti Tiongkok. Makanya, pasar yang masih hidup sampai sekarang adalah Eropa dan Tiongkok.
Bagaimana pandangan Musim Mas terhadap pengembangan biodiesel untuk generasi berikutnya?
Jadi, pengembangan biodiesel akan selalu progresif. Walaupun, sekarang banyak orang berbicara mengenai hydrocracking. Di Uni Eropa,mereka ingin hydrocracking karena bahan baku berasal dari minyak jelantah. Artinya, teknologi ini tidak memerlukan minyak sawit yang segar. Dengan begitu, dapat menghindari perdebatan pemakaian minyak sawit untuk makanan atau energi.
Yang menjadi kendala adalah investasi yang cukup mahal. Tetapi, harga jual kurang cocok. Secara teknologi, hydrocracking ini dapat 100% menggantikan minyak diesel (solar). Tetapi, harus dipikirkan caranya agar masyarakat mau membeli minyak teknologi hydrocracking yang agak mahal. Kendati akan diberikan insentif tetap saja mahal. Yang perlu dipahami, teknologi ini dibuat lebih murah dan sejajar dengan harga minyak solar, itu mungkin baru bisa. Tapi kita belum tahu kapan.
Aspek apa yang membuat produk biodiesel Musim Mas lebih dipilih pembeli?
Salah satu yang membedakan produk kami dengan produsen lain adalah CFPP (Cold Filter Plug Point). Musim Mas produknya memiliki CFPP lebih kurang 10 . Sementara itu, normalnya produk PME (Palm Methyl Ester)memiliki CFPP 13 – 14 . Oleh karena itu, produk kami cocok masuk Eropa.
Pasar Eropa ini sangat memperhatikan kualitas produk karena sangat signifikan sekali. Kecuali kalau bermain di pasar domestik, cukup mengikuti SNI biodiesel saja. Kalaupun, kami jual produk dengan standar Eropa di dalam negeri, ya tidak perlu juga. Karena berbeda permintaan spesifikasi produk dan harganya juga beda.