Perkebuan Kelapa Sawit Menyerap CO2 dari Atmosfir Bumi
Pemasana global merupan fenomena meningkatnya temperatuar udara atmosfir bumi akibat peningkatan intensitas efek rumah kaca (green house effect) pada atmofir bumi. Peningkatan efek ruamah kaca tersebut diakibatkan oleh meningkatany akonsentrasi gas-gas rumah kaca (green house gases) yang melampaui konsentrasi alamiahnya sedemikian rupa, sehingga panas matahari makin banyak terperangkap pada atmosfir bumi (Kiehl, et al., 1957; IPCC, 1991, 2001, 2007; Isaac and Brian, 2000; Hasen et al., 2000; IEA 2009, 2010, 2012; World Bank, 2010; Sumarwoto, 1992). Gas-gas rumah kaca yang dimaksud antara lain karbondioksida (CO2) methane (CH4), Nitrous Oxide (NxO), dan gas buatan manusia.
Konsentrasi gas CO2 (yang merupakan komponen terbesar gas rumah kaca di atmosfir bumi), telah mengalami peningkatan darti 280 ppmv tahun 1800-an menjadi 353 ppmv tahun 1990-an (IPCC, 1991) dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 379 ppmv (IEA, 2012). Sumber emisi CO2 global berasal dari aktivitas manusia yakni energi (56 persen), pertanian (13,8 persen), industri (14,7 persen), land use change (12,2 persen)dan limbah (3,2 persen (IEA, 2011). Kontributor terbesar (Top Ten Emiter) emisi CO2 adalah Cina, USA, India, Rusia, Jepang, Jerman, Iran, Kanada, Korea Selatan, Inggris. Top ten emiter dunia tersebut mencapai 65 persen dari total emisi CO2 global tahun 2010. Pangsa Indonesia dalam total emisi CO2 global hanya 1,3 persen (IEA, 2012).
Sektor pertanian global juga merupakan sumber emisi CO2(Sentra CO2) baik dari pemupukan (NxO), perternakan (CH4), maupun land use change (CO2) dan lain-lain. Top Six Emiitter CO2 pertanian global (FAPRI, 2012) adalah cina, Brazil, India, USA, European Union dan Argentina, dengan kontribusi 70 persen dari total emisi GHG pertanian global. Kontribusi pertanian Indonesia hanya sekitar 2,7 persen.
Sumber: PASPI