Pemerintah Indonesia mengajak 13 perwakilan kedutaan besar negara Uni Eropa untuk mengenal tata kelola sawit di Jambi. Mulai dari kegiatan peremajaan tanaman, pengendalian hama tanpa kimiawi, dialog petani, sampai melihat hutan konservasi terangkum dalam kunjungan selama tiga hari.
Senin pagi, 16 April 2018, kesibukan tampak di depan Hotel Aston Jambi. Penjagaan ketat aparat kepolisian terlihat di dalam dan luar hotel. Hari itu, 13 perwakilan kedutaan besar Uni Eropa yang dipimpin Vincent Guerend, Duta Besar Uni Eropa Untuk Indonesia dan Brunei Darussalam. Selama tiga hari mulai dari 16-18 April 2018, mereka akan tinggal untuk melihat kegiatan perkebunan sawit dan Hutan Harapan.
Mengapa Jambi dipilih untuk mengenalkan sawit kepada 6 Duta Besar dan 7 perwakilan kedutaan besar negara Uni Eropa? Leonard Felix Hutabarat, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa, menjelaskan kunjungan resmi negara-negara Uni Eropa baru pertama kali diadakan dengan melibatkan kementerian terkait antara lain Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, dan perusahaan swasta seperti Asian Agri.
“Kami sudah mensurvei daerah lain seperti Riau, Sumatera Utara, Jambi, dan Kalimantan. Pada akhirnya kami pilih Jambi lantatan memenuhi tiga aspek tadi,”tambahnya
Ada tiga alasan dipilihnya Jambi sebagai daerah kunjungan delegasi negara Uni Eropa. Pertama, kata Leonard, adanya kerjasama riset negara Uni Eropa khususnya Uni Eropa CRC 990 antara Gottingen University, Universitas Tadulako, Universitas Jambi, dan Institut Pertanian Bogor. ” Kemenristedikti mengakui program penelitian ini yang paling terintegrasi karena melibatkan peneliti Jerman. Versi (teknologi) sudah internasional,” kata Leonard.
Pertimbangan kedua adalah keberadaan PTPN VI yang menggambarkan kemitraan dengan smallholder. ” Kebetulan ada PTPN VI yang komplit menjalankan kemitraan. Ini merepresentasikan BUMN kita,”tambahnya.
Alasan ketiga terpilihnya Jambi karena pemerintah juga mencari private sector yang kuat riset, mengikuti sertifikasi ISPO serta internasional, dan juga menjual produknya ke negara lain. Menurut Leonard, salah satunya terdapat Asian Agri yang memenuhi kriteria tersebut.“Selain itu, kami juga mencari provinsi yang PAD (red-pendapatan asli daerah) yang kontribusinya sebagian besar dari sawit,” kata Leonard.
Untuk menuju perkebunan sawit di Tungkal Ulu yang dikelola Asian Agri, Rombongan dan delegasi Uni Eropa menempuh waktu empat jam lamanya. Setibanya di lokasi, Kelvin Tio, Managing Director Asian Agri, menjelaskan perkembangan kebun sawit Asian Agri semenjak dibangun sampai sekarang akan diremajakan.
Kelvin Tio, Managing Director Asian Agri, selama kunjungan sehari tersebut mendampingi dan terus menjelaskan kegiatan di perkebunan mulai dari material tanaman, pengendalian hama penyakit, dan kegiatan peremajaan lahan berbasis mekanisasi.