PT Astra Agro Lestari Tbk berupaya mengantisipasi dampak kenaikan harga pupuk yang telah terjadi semenjak tahun lalu. Belanja modal emiten berkode AALI ini mencapai Rp 1,5 triliun sampai Rp 1,7 triliun. Sebagian besar dana tersebut dipakai untuk belanja pupuk bagi perawatan Tanaman Belum Menghasilkan dan Peremajaan.
Selama dua jam lamanya, Santosa, Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, menjelaskan perkembangan perusahaan yang dipimpinnya sepanjang tahun lalu berkaitan kebijakan yang diambilnya untuk mempertahankan profitabilitas.
“Kenaikan harga pupuk semenjak tahun lalu memberikan dampak signifikan bagi belanja modal tahun ini. Hampir 92% kenaikan harga pupuk,” ujar Santosa pada acara Talk to The CEO bersama media yang digelar di Rest Area 456, Salatiga, Jawa Tengah pada 17 Februari 2023.
Tahun ini, Astra Agro mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 1,5 triliun sampai Rp 1,7 triliun untuk mendukung kegiatan bisnis perusahaan terutama di kebun. Sebagian besar ini dipakai untuk membiayai perawatan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan peremajaan tanaman sawit (replanting).
Santosa mengakui tingginya harga pupuk dan bahan bakunya memengaruhi alokasi belanja modal di tahun ini. Konflik Rusia-Ukraina sangat memengaruhi harga pupuk termasuk bahan bakunya.”Kenaikan pupuk sampai 90% sudah sangat terasa dampaknya. Kita belum tahu berapa kenaikan harga pupuk di semester kedua,” ujarnya.
Tingginya harga pupuk inilah yang mengakibatkan alokasi dana peremajaan lahan naik 30%. Sebelum kenaikan harga pupuk, perusahaan mengalokasikan rerata Rp 90 juta per hektare sampai tanaman menghasilkan. Setelah harga pupuk meroket, biaya replanting ikut terkerek menjadi Rp 120 juta per hektare.
“Memang alokasi capex masih sulit dipastikan karena faktor pergerakan harga pupuk. Kegunaan pupuk untuk biaya replanting guna menjaga keberlanjutan produksi,” kata lulusan FMIPA Universitas Gajah Mada ini.
“Setiap tahun, target peremajaan tanaman yang berusia tua antara 5.000-6.000 hektare. Sebagai perusahaan publik, kami harus menjaga kestabilan produksi. Karena kebun inti perusahaan ada yang telah memasuki usia 20 tahun. Kami seleksi kebun-kebun yang akan diremajakan supaya produksi tidak drop,” ujarnya.
Selain itu, belanja modal akan dipakai juga untuk perbaikan infrastruktur dan perawatan alat. Santosa menegaskan, belanja modal tersebut sepenuhnya berasal dari kas internal.
“Kalau dana pasti dari operating cashflow, karena sudah refinance tahun lalu, pasti kita akan ambil dari internal cash flow,” ujar dia.
Saat ini, perusahaan mengambil strategi akuisisi untuk penambahan luas lahan. Santosa menjelaskan bahwa perusahaan telah menerapkan NDPE (No-deforestation, No-peat, and No-exploitation) sehingga berkomitmen tidak lagi melakukan penanaman di lahan baru.
“Untuk akuisisi, target minimal lahan seluas 5.000 hektare. Selain itu, lahan tadi haruslah ISPO ready,” ujar Santosa.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 136)