JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Ada fakta menarik setelah konflik Rusia-Ukraina berlangsung selama dua bulan terakhir. Kalangan produsen dan supermarket kembali menggunakan minyak sawit untuk bahan baku produknya.
“Stok minyak bunga matahari yang menipis membuat produsen dan industri pengolahan makanan mereformulasi produknya. Ada yang kembali menggunakan minyak sawit setelah menghilangkannya sekitar periode 2016 dan 2018. Beberapa memboikotnya,” ujar Guru besar John Cabot University Roma, Pietro Paganini seperti dikutip dalam websitenya.
Di kalangan produsen, kata Pietro, agak malu-malu bahkan khawatir untuk menggunakan minyak sawit. Mereka masih berharap pasokan minyak bunga matahari kembali normal pada Agustus mendatang.
Kalaupun ada yang menggunakan minyak sawit diperkirakan mereka akan diam-diam. Lantaran khawatir tekanan NGO maupun reaksi konsumen dan pemangku kepentingan.
Sebagai contoh, produsen makanan asal Italia, Barillla, yang mengurangi penggunaan label “Bebas Minyak Sawit” di kemasan produknya.
Paganini menjelaskan bahwa Barilla sebaiknya menggunakan lagi minyak sawit dalam proses produknya. Sejatinya pada 2016 Barilla menggunakan minyak sawkt dengan sertifikasi keberlanjutan. Pada tahun 2017 mereka tidak menggunakan minyak sawit sama sekali dan hanya menggunakan 20% minyak bersertifikat.
Contoh lainnya, Perusahaan makanan Norwegia, Orkla, berpeluang meningkatkan penggunaan minyak sawit karena perang di Ukraina mengganggu pasokan minyak bunga matahari. Sebagai informasi, laporan tahunan Orkla tahun 2021, unit bisnis di divisi makanan dan makanan ringannya telah mengurangi penggunaan minyak sawit lebih dari 90% sejak tahun 2008.
Pekan lalu, Fevia, organisasi yang mewakili produsen makanan di Belgia, mengatakan para anggotanya sedang mencari alternatif minyak bunga matahari di tengah kenaikan harga.
Para produsen dan pengolah makanan di Eropa memang di bawah tekanan kelangkaan komoditas dan melonjaknya harga minyak nabati, terutama minyak nabati non sawit. Di sisi lain, minyak sawit menjadi opsi terbaik.
Jika mereka pintar mereka akan membelinya. Jika tidak, dunia ini jauh lebih besar dari Eropa. Eropa kecil tetapi masih berpengaruh secara politik, jadi sebaiknya ikuti saja mereka. Sekarang saatnya berjabat tangan dan menjual sebanyak mungkin minyak sawit berkelanjutan, katanya.
Paganini menyarankan supaya Indonesia terus melakukan apa yang sudah dilakukan jutaan pekerja di rantai pasok, yakni meningkatkan kualitas, meningkatkan keberlanjutan, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menghasilkan lebih banyak minyak sawit.