Pembuktian Industri Sawit, SALAM SAWIT INDONESIA, Bulan Maret menjadi bulan yang sangat spesial bagi sembilan perusahaan kelapa sawit yang menerima sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Penyerahan perdana sertifikat ini langsung diberikan oleh Suswono selaku Menteri Pertanian Republik Indonesia. Hal ini merupakan bukti kebijakan sertifikasi ISPO bukanlah kebijakan main-main dan sifatnya jangka panjang.
ISPO menjadi jawaban terhadap sikap pesismisme masyarakat yang berpandangan negatif kepada industri kelapa sawit nasional. Pandangan ini tidak datang begitu saja melainkan berasal dari informasi negatif yang gencar disosialisasikan NGO anti-sawit. Isunya pun selalu berubah-ubah mulai dari kesehatan, kerusakan hutan, penggunaan lahan gambut, emisi gas rumah kaca, mengganggu habitat orang utan maupun gajah, dan pencemaran lingkungan. Padahal, tidak semua pelaku industri sawit menjadi penyebab semua masalah ini, tetapi kenapa tanaman asli Afrika ini yang selalu diposisikan menjadi sumber kerusakan dunia.
Toh, pelaku industri sawit bukanlah orang suci yang tidak terlepas dari kesalahan. Namun, bukan berarti mereka tidak dapat memperbaiki tata kelola kebun yang kemungkinan belum berorientasi pro lingkungan dan sosial. Sertifikasi ISPO menjadi alat tepat supaya pelaku sawit tunduk dan taat dalam menjalankan regulasi yang mengatur mereka supaya pengelolaan kebun yang baik dapat diimplementasikan. Bukan sebaliknya, menjalankan kebun serampangan dan lebih memprioritaskan keuntungan. Oleh karena itu, pemberian sertifikat perdana ISPO membuktikan keseriusan dan komitmen pemangku kepentingan sawit nasional kepada dunia.
Rubrik Utama edisi Maret, ulasan pengendali produk kumbang tanduk menjadi pilihan kami untuk disajikan kepada pembaca. Daya kerusakan yang ditimbulkan kumbang tanduk sangatlah besar karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman belum menghasilkan. Padahal, tahapan tersebut merupakan fase kritis yang dapat menjadi tolak ukur produksi CPO di masa mendatang. Itu sebabnya, kami hadirkan tiga perusahaan pestisida yang telah lama mempromosikan produk pembasmi kumbang tanduk.
Di edisi Hot Issue, pengembangan industri sawit di Kalimantan Selatan sangatlah menarik untuk dibahas lebih mendalam. Sebab, provinsi ini termasuk daerah yang pengembangan lahan sawitnya tergolong lambat dari provinsi lain di Kalimantan Selatan. Sampai akhir 2012, jumlah perusahaan kelapa sawit swasta diperkirakan baru mencapai 64 perusahaan dan total luas konsesi lahan sawit disana mencapai 585.084 hektare. Walaupun, masih sedikit luas perkebunan sawitnya tetapi dua refineri sudah berdiri di provinsi tersebut. Mengapa, daerah ini dipilih pelaku hilir sawit? Jawabannya dapat terlihat dalam tulisan kami.
Semoga, edisi ini memberikan pencerahan dan informasi positif kepada pembaca. Sehingga, majalah ini tidak akan terbit sia-sia begitu saja. Selamat Membaca !!