Kondisi perekonomian dunia yang masih mengkhawatirkan serta ketidakpastian harga CPO dunia merupakan salah satu pendorong tingginya minat peserta konferensi 8th Indonesian Palm Oil Conference and 2013 Price Outlook (IPOC). Total jumlah peserta tahun ini mencapai 1.353 orang dan 69 stand pameran.
Apresiasi yang diberikan Suswono selaku Menteri Pertanian dalam pidato pembukaan IPOC ke-8 menjadi penyuntik semangat kalangan dunia usaha kelapa sawit nasional, dalam meningkatkan kontribusinya kepada perekonomian nasional. Suswono mengatakan pelaksanaan konferensi ini sangatlah bagus sebagai partner pemerintah dalam memberikan masukan dan gagasan dalam mengembangkan industri sawit di dalam negeri.
Kedatangan Suswono yang mewakili pemerintah menjadi sangat berarti karena Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengajukan 6 point masukan kepada pemerintah. Joefly Bahroeny, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, menjelaskan enam poin ini merupakan masukan dari pelaku usaha yang ingin meningkatkan pertumbuhan industri sawit nasional. Point pertama, kebijakan moratorium lahan gambut diminta tidak diperpanjang kembali sebab menciptakan pandangan negatif terhadap industri sawit nasional. Dampak lain, perluasan lahan kelapa sawit menjadi terhambat ditengah semakin meningkatnya permintaan minyak sawit di pasar global.
Kedua, meminta kepastian penyelesaian masalah Tata Ruang dan Wilayah di beberapa provinsi yang mengakibatkan sulitnya pengembangan lahan sawit. Ketiga, pemerintah membangun infrastruktur di daerah untuk mendukung kegiatan ekspor CPO. Pasalnya, selama ini ekspor CPO dan produk turunannya kurang optimalkan dilakukan lewat pelabuhan ekspor yang ada sehingga membuat harga CPO tidak kompetitif.
Untuk point keempat, menurut Joefly, asosiasinya meminta revisi pajak ekspor karena dikhawatirkan daya saing CPO semakin terancam akibat kebijakan baru Malaysia dalam menerapkan pajak ekspor. Kelima, revisi peraturan menteri pertanian terkait pembatasan luas lahan perusahaan perkebunan perlu dikaji kembali. Terakhir, kampanye positif harus dijalankan dalam menghadapi berbagai macam isu negatif kelapa sawit.
Suswono mengakui kontribusi kelapa sawit bagi pendapatan negara sangatlah besar itu sebabnya eksistensi industri ini perlu didorong. Terutama sekali, meningkatkan produktivitas CPO perkebunan kelapa sawit rakyat yang masih di bawah 3 ton per hektare per tahun. “Pengusaha swasta harus mendekati dan membantu petani untuk meningkatkan produktivitasnya,” papar dia.
Asmar Arsjad selaku wakil petani dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) mengutarakan peningkatan produktivitas merupakan masalah klasik yang sulit diselesaikan apabila petani tidak dibantu untuk menyelesaikan masalah-masalahnya seperti varietas benih tanaman, pemeliharaan tanaman, pemupukan, dan cara panen.
Supaya masalah tadi dapat diselesaikan, kata Asmar, perlu pengembangan Good Management Practices (GMP) yang diimplementasikan kepada petani. Masalahnya sekarang ini petani butuh tenaga pendamping pertanian yang menjadi penyuluh praktek GMP. Sekarang ini saja luas lahan kelapa sawit milik petani mencapai 3,8 juta hektare di Indonesia.
Dapat dibayangkan apabila kenaikan produktivitas kelapa sawitdapat dicapai, maka posisi Indonesia semakin kuat menjadi produsen utama CPO di pasar dunia. Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal GAPKI, optimistis bahwa Indonesia tetap akan menjadi pemimpin pasar produsen CPO untuk mengisi kebutuhan masyarakat dunia sebanyak 78 juta ton pada 2020. Supaya dapat mengisi permintaan tersebut diperlukan tambahan CPO sebanyak tiga juta ton per tahun. “Ke depan, kemampuan Indonesia sebagai market leader global perlu dipertahankan. Apalagi, komoditi CPO berkontribusi besar terhadap neraca perdagangan nasional,” papar dia.
Jalannya konferensi
Minat peserta konferensi tahun ini cukup tinggi yang terbukti dari peningkatan jumlah peserta menjadi 1.353 orang atau naik 15% Dibandingkan tahun lalu. Mona Surya, Ketua Panitia IPOC, mengatakan konferensi tahun ini diikuti peserta dari 36 negara seperti Malaysia, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
IPOC and 2013 Price Outlook merupakan ajang bagi pelaku bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholders), CEO, serta pengambil kebijakan baik tingkat nasional maupun internasional, untuk bersama-sama membahas isu-isu strategis di seputar industri perkebunan kelapa sawit.
Tingginya minat pelaku ini tidak terlepas dari kondisi harga CPO dunia yang sedang menurun menjelang akhir akhir tahun 2012. Tak heran, peserta memenuhi ruangan konferensi ketika sesi materi yang mengulas proyeksi harga CPO pada 2013. Pembicara sesi ini adalah Dorab Mistry (Godrej International), Thomas Mielke (Oil World), James Fry (LMC International), dan Xu Jian Fei (Chinatex).
Selain harga, selama dua hari konferensi ini menyoroti dua hal penting. Pertama, soal pertumbuhan populasi dan permintaan energi di tahun 2025 dan pertumbuhan yang berkelanjutan produksi minyak kelapa sawit. Kedua, ekspansi atau perluasan perdagangan minyak sawit, pasar jangka pendek dan jangka panjang minyak nabati serta prospek harga minyak sawit.
Dalam kegiatan pameran, panitia menambah kuota dari 59 peserta tahun lalu menjadi 69 peserta pada tahun ini. Mona Surya mengatakan respon peserta pameran tahun ini cukup baik khususnya dari kalangan pelaku usaha. Pada tahun ini, peserta pameran antara lain berasal dari pupuk, agrokimia perbankan, alat berat, asuransi, telekomunikasi, dan rumah sakit. Untuk tahun depan, GAPKI berencana mengadakan IPOC pada Oktober 2013. (Qayuum Amri)