Demi meningkatkan permintaan minyak sawit bersertifikat, RSPO berupaya meningkatkan komitmen pelaku usaha ritel dan consumer goods. Sehingga suplai dan permintaan dapat berimbang. RSPO Executive Board masih membahas penerapan sanksi bagi anggota dari kalangan manufaktur dan industri yang tidak membeli CSPO.
RSPO berupaya melakukan penggalangan dari kelompok minyak sawit sektor consumer goods, perusahaan ritel, asosiasi untuk mendukung penerapan RSPO Trademark. Darrel Webber, Sekretaris Jenderal RSPO menyatakan strategi ini akan memastikan jumlah persediaan produksi CSPO yang diproyeksikan berimbang oleh banyaknya permintaan yang ada.
Berdasarkan data RSPO, penjualan minyak sawit bersertifikat terus meningkat mulai dari 2008. Hingga 2011, total penjualan CSPO mencapai 2,49 juta ton atau sekitar 52% dari suplai sebesar 4,79 juta ton. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2009 di mana penjualan berjumlah 343.857 ton dari suplai CSPO sebanyak 1,35 juta ton.
Togar Sitanggang, Corporate Affairs Manager Musim Mas Grup, menjelaskan pembeli CSPO perusahaan lebih banyak dari sektor makanan dan energy dari negara-negara Uni Eropa. Keberhasilan penjualan CSPO ini tidak terlepas dari reputasi baik Musim Mas dalam menghasilkan minyak sawit yang berkelanjutan. “Selain itu, kami juga berhasil menjalankan bisnis jangka panjang dengan pelanggan kami dalam memproduksi minyak sawit yang berkelanjutan,” ujar dia.
Menurutnya, jumlah harga premi yang diterima dari CSPO memang tidaklah banyak. Meskipun demikian, perusahaan tetap berkomitmen pada kebijakan bisnis untuk menghasilkan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan yang berdasarkan standarisasi nasional dan internasional. Dengan menghasilkan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan, maka bisnis yang dijalankan akan berkelanjutan.
Berdasarkan hasil analisa laporan Annual Communications of Progress (ACOP) Roundtable on Sustainbale Palm Oil (RSPO), proyeksi produksi Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) dunia dapat mencapai 12,9 juta metrik ton pada 2015. Faktor pendukung berasal dari banyaknya lisensi RSPO Trademark yang dikeluarkan berbagai produk dan perusahaan di 14 negara. Sejak diluncurkan tahun 2011, RSPO trademark telah digunakan oleh anggota RSPO di 14 negara. Sebanyak 72 lisensi telah diberikan kepada beragam produk dan perusahaan di 14 negara tersebut, yang mana 49% di antaranya adalah perusahaan di bidang consumer goods manufacturers, 28% processor & traders, 12% retailers, 7% growers dan 4% supply chain associate. Negara yang terbanyak memiliki lisensi penggunaan RSPO trademark antara lain Inggris, Jerman, Perancis, Malaysia, dan Amerika Serikat.
Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia, mengatakan pembangunan kesadaran dan kampanye akan digalakkan dalam penggunaan CSPO di utama seperti EU, India, China, US, Australia, termasuk Indonesia. Tahun depan RSPO berencana membuka kantor perwakilan di India dan China untuk menggarap pasar CSPO di negara-negara tersebut.
Dia menambahkan Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai pasar CSPO, menyusul prediksi bahwa Indonesia akan menjadi konsumen CPO terbesar pada tahun 2013, melampaui India. Investasi yang sangat besar untuk mendukung industri hilir minyak sawit, seperti yang diprakarsai oleh Loreal dan Unilever, seyogyanya diikuti dengan kesiapan mensuplai kebutuhan CSPO di dalam negeri. Indonesia selayaknya mengambil kesempatan menjadi pemasok terbesar produk hilir minyak sawit yang berasal dari CSPO (segregated maupun mass balance), baik untuk dikonsumsi di pasar domestik maupun untuk memenuhi kebutuhan pasar global.
Darrel Webber, mengatakan RSPO menargetkan Indonesia menjadi negara yang dapat menyerap banyak Certified Sustainable Palm Oil (CSPO). Apalagi serangkaian pencapaian sejak organisasi ini lahir tahun 2004 menjadi motivasi untuk menggalang pasrtisipasi consumers di tahun berikutnya. “Setelah Roundtable-10 (RT10) di Singapura kami akan terus melakukan upaya strategis untuk peningkatan penyerapan CSPO dunia, khususnya Indonesia,” pungkas Webber
Togar Sitanggang menjelaskan jumlah CSPO Musim Mas yang dihasilkan saat ini telah mencapai 540.000 metrik ton per tahun. Pada September 2012, seluruh pabrik kelapa sawit di grup perusahaan sudah mengolah sepenuhnya tandan buah segar dari kebun sendiri yang bersertifikasi RSPO dan ISCC. “Musim Mas mulai produksi CSPO pada Januari 2009 dan menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat RSPO,” tukas Togar.
Ada beberapa mekanisme perdagangan CSPO di RSPO antara lain segregated, mass balance dan perdagangan sertifikat GreenPalm. Desi Kusumadewi menjelaskan RSPO Executive Board masih membahas penerapan sanksi bagi anggota dari kalangan manufaktur dan industri yang tidak membeli CSPO.(Hendro/Qayuum)