JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Bank Mandiri Tbk telah mengucurkan pembiayaan sebesar Rp 50 triliun untuk sektor industri kelapa sawit. Jumlah ini setara dengan 10% dari portofolio kredit bank pelat merah ini sampai sekarang.
Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri, mengakui bahwa pinjaman terbesar Bank Mandiri salah satunya berasal dari industri sawit dan turunannya. Kredit diberikan kepada kepada perusahaan besar, petani plasma, sampai koperasi di industri kelapa sawit.
“Memang kredit terbesar untuk sawit hampir Rp 50 triliun untuk sawit setara dengan 10 persen dari portofolio kredit Bank Mandiri,” kata Kartika dalam sebuah diskusi di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (9/3).
Kartika mengakui bahwa tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pengusaha sawit relatif sangat baik. Tingkat NPL berada di angka 0,07 persen. “Sektor kelapa sawit paling rendah NPL-nya. Kalaupun ada yang bermasalah maka selalu dibeli sama orang lain selanjutnya tidak jadi loss atau likuidasi,” ungkapnya.
Menurut Kartika peranan penting di sektor perkebunan nasional berasal dari industri sawit. Ini terbukti devisa ekspor minyak sawit Indonesia dan turunannya mencapai US$ 18,1 miliar dengan volume 25,1 juta ton sepanjang 2016.
“Petani kelapa sawit di Sumatera atau Kalimantan bisa naik kelas. Petani yang punya kebun 4-5 hektare bisa jadi petani kelas menengah. Beda dengan petani beras atau produk pertanian lain di Pulau Jawa,” terangnya
Bank Mandiri akan mengalokasikan dana Rp 1 triliun untuk KUR peremajaan sawit pada tahun ini. “Ini mau diajukan untuk peremajaan. Total KUR Bank Mandiri kan Rp 13 triliun di tahun ini,” jelasnya.
Guna mendukung sektor strategis ini, selain terobosan dalam urusan sertifikat lahan perkebunan, perbankan harus mendorong dari sisi pembiayaan. Menurut dia, kelapa sawit merupakan produk unggulan Indonesia yang berpotensi menurunkan ketimpangan ekonomi di Indonesia.
“Produk sawit harganya selalu stabil di luar negeri dan permintaan luar biasa. Tanaman ini sangat ajaib dapat digunakan untuk shampo, sabun, makanan, sampai bahan bakar. Ke depan, saya pikir kontribusinya kepada devisa paling besar,”pungkasnya.