JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC UI) berencana membuat studi untuk mengetahui dampak penerapan praktik-praktik berkelanjutan di perkebunan kelapa sawit yang dikelola pekebun kecil di daerah penghasil sawit di Indonesia, termasuk di Riau.
“Pasar global telah berubah dan sekarang meminta produk sawit yang berkelanjutan. Kita perlu embantu pekebun kecil sawit untuk bisa beralih ke praktik berkelanjutan supaya produk pekebun kita tetap bisa diterima dan memasok pasar dunia,” kata Dr. Sonny Mumbunan, penanggung jawab studi di RCCC UI dalam siaran persnya.
Namun, kata Sonny, belum dapat dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi pekebun kecil, termasuk tuntutan praktik berkelanjutan, berdampak pada pendapatan, ekonomi dan kesejahteraan mereka.
Survei ditujukan kepada pekebun kecil sawit di kabupaten Pelelawan, Siak, dan Kampar di Riau, provinsi produsen kelapa sawit terbesar di Indonesia, di bulan Mei 2016. RCCC UI juga melakukan penelitian serupa di provinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah, dan hasil studi keseluruhan yang melibatkan lebih dari 1.500 pekebun skala kecil diharapkan akan dapat diumumkan bulan September 2016.
Pekebun kecil kelapa sawit, yang mengelola sekitar 42 persen wilayah perkebunan Indonesia, adalah salah satu pelaku penting untuk mewujudkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Ada banyak tantangan yang dihadapi pekebun kecil, termasuk ketidakpastian status lahan, kurangnya akses terhadap pendanaan, atau input produksi yang baik seperti bibit, pupuk dan pengetahuan budidaya. Padahal, praktik perkebunan terbaik dan berkelanjutan sangat berpotensi meningkatkan hasil panen pekebun kecil secara signifikan dalam jangka panjang tanpa perlu memperluas lahan.
“Kami berharap hasil studi ini bisa dijadikan dasar pengembangan insentif dan inovasi yang mampu menguntungkan banyak pihak untuk mendorong petani kecil kelapa sawit menuju praktik-praktik kelapa sawit berkelanjutan,” kata Sonny.
RCCC UI melakukan pelatihan tentang metodologi penelitian, substansi riset (ekonomi mikro pekebun sawit, ekonomi perubahan iklim), instrumen survei (pemahaman dan pengumpulan data), dan manajemen data lapangan yang diikuti lebih dari 50 peserta di Pekanbaru pada 16-17 Mei 2016. (Redaksi)