Pengolahan limbah cair kelapa sawit dengan sistem kolam mikrobiologi berdampak timbulnya lumpur dalam jumlah besar. Penanganan lumpur secara konvensional selama ini dinilai kurang efisien dari segi biaya dan tempat. TenCate Geotube® Dewatering dapat menjadi opsi penanganan lumpur skala besar yang tepat, mudah dan efektif dalam biaya.
Di pabrik kelapa sawit, pengelolaan limbah cair menjadi perhatian utama dari pelaku usaha. Palm Oil Mill Effluent (POME) adalah limbah cair berasal dari kegiatan produksi pabrik kelapa sawit mengandung Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang sangat tinggi dan berbahaya bila mencemari lingkungan perairan. Air sungai yang tercemar POME tidak layak dikonsumsi atau digunakan masyarakat dan dapat mematikan ikan yang hidup di dalamnya.
Pengolahan POME dilakukan dengan pembuatan instalasi pengolahan air limbah dengan sistem kolam (ponding system) menggunakan mikroorganisme untuk mengurai POME.
Pada kolam anaerobik dan aerobik, proses penguraian dengan mikroorganisme tersebut menyebabkan meningkatnya volume lumpur dalam kolam. Proses pengurangan lumpur (desludging) secara rutin harus dilakukan untuk mempertahankan kinerja kolam. Secara konvensional, proses desludging bersifat mekanis yaitu dengan kegiatan pengerukan dengan excavator dan pemindahan lumpur ke suatu kolam penampungan (holding pond) supaya lumpur mengeras dan lebih padat sehingga memudahkan penanganannya.
Kendala yang terjadi adalah semakin terbatasnya lahan di areal pabrik kelapa sawit untuk membuat kolam baru untuk holding pond atau pengolah POME. Ditambah lagi faktor curah hujan yang tinggi dan tidak menentu di Indonesia menyebabkan lumpur dalam holding pond tidak bisa mengering dan bahkan mengakibatkan limbah POME keluar dari kolam karena kapasitas tampung yang berkurang akibat lumpur.
Ben Bella, Technical Marketing Engineer TenCate Geosynthetics Asia mengungkapkan hal tersebut ketika diwawancarai penulis dalam event Palmex Indonesia 2013 di Medan baru-baru ini. Pria yang akrab dipanggil Ben ini menjelaskan teknologi TenCate Geotube® Dewatering yang dapat menjadi solusi terbaik bagi pelaku usaha pabrik kelapa sawit untuk proses desludging kolam lumpur POME.
“TenCate Geotube® Dewatering membawa solusi untuk penanggulangan lumpur POME dan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan yang tersedia untuk pengolahan POME. Proses dewatering adalah untuk mengurangi kadar air pada lumpur POME sehingga padatan yang lebih kering mudah untuk dibuang atau diproses lebih lanjut,” ujarnya.
Ben menyebutkan aplikasi TenCate Geotube® cukup mudah karena tidak diperlukan alat tambahan namun hanya butuh pompa dan selang selain Geotube® itu sendiri. “Metode ini dapat digunakan pelaku pabrik kelapa sawit dengan hanya menyediakan pompa selang atau pipa untuk memindahkan lumpur dari kolam anaerobik untuk masuk ke dalam Geotube®,” papar Ben.
“Proses kerja TenCate Geotube® Dewatering sederhana yaitu lumpur dipompa masuk ke dalam Geotube® dimana padatan lumpur tertahan dan air mengalir keluar dari pori-pori Geotube masuk kembali ke kolam. Padatan dibiarkan dalam Geotube® hingga terkonsolidasi atau menjadi padat.”
TenCate Geotube® memiliki panjang 30, 6 meter dengan lebar 4,4 meter yang terbuat dari geotekstil berbahan dasar polypropilene. Setelah berisi limbah lumpur, TenCate Geotube® akan berbentuk tabung yang akan menjaga padatan lumpur tetap di dalamnya sedangkan air akan mengalir keluar kembali ke kolam.
Ben menganjurkan untuk meletakkan TenCate Geotube® di pematang atau di antara kolam pengolahan limbah karena air hasil filterisasi akan menuju kolam. Secara garis besar pengoperasian TenCate Geotube® bisa dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain pilih lahan rata yang sudah dibersihkan tanaman atau lapisan tanah yang mampu merusak TenCate Geotube®, letakkan membran kedap di seluruh lahan untuk alas TenCate Geotube®, sambungkan selang untuk memindahkan transfer lumpur POME dan mulai pemompaan.
Setelah mencapai ketinggian tertentu pompa dimatikan dan dibiarkan selama sekitar 1 hari supaya air mengalir keluar dan terlihat Geotube® mengempis. Proses tersebut diulang 4-5 kali hingga Geotube® benar-benar penuh dengan padatan lumpur. Waktu konsolidasi padatan lumpur untuk kering memakan waktu 1 – 2 bulan. Geotube® kemudian disobek untuk mengeluarkan padatan kering dengan kadar solid content 20 – 25%.
Ben memaparkan lebih baik dalam setiap aplikasi dipasangkan minimal 3 unit Geotube® yang dipasangkan secara paralel untuk memaksimalkan waktu operasional. Kemudian selama aplikasi dianjurkan dihindarkan adanya resiko sobeknya Geotube® seperti terkena benda tajam, pemompaan berlebih, dan lainnya.
Ben menambahkan dengan menggunakan TenCate Geotube® akan diperoleh beragam keuntungan untuk menghemat lahan dan biaya. “Dengan Geotube® tidak dibutuhkan lahan ekstra, karena untuk menyediakan lahan saja butuh banyak biaya untuk pembebasannya, untuk pengerukan, biaya alat berat. Jadi dengan Geotube® biaya itu mampu dipangkas selang pompa pun bisa digunakan berulang-ulang,” imbuh Ben.
Selain itu, dengan menggunakan TenCate Geotube® lumpur kering hasil desludging juga masih mampu dimanfaatkan untuk kebutuhan kompos untuk meningkatkan unsur hara di tanah. Ben mendapatkan informasi ada PKS yang menjual atau menggunakan sendiri lumpur kering hasil proses desludging. “Ada yang malah menjadikannya lumpur tersebut sebagai usaha sampingan PKS. Jadi memang ada nilai tambah yang dapat dihasilkan oleh Geotube® ini,” kata Ben.
TenCate Geosynthetics Asia, yang merupakan bagian Royal TenCate, suatu perusahaan terkemuka di Uni Eropa sebagai produsen geosynthetics terbesar di dunia, mengembangkan teknologi dewatering menggunakan material geotekstil untuk mengatasi masalah limbah lumpur di berbagai bidang selain pengolahan lumpur POME, seperti di pertambangan, water / wastewater treatment, normalisasi sungai dan waduk, industri kimia, dan sebagainya.
Melalui agen penjualan yang ditunjuk, konsumen dapat membeli TenCate Geotube® Dewatering dan memperoleh panduan aplikasi yang tepat. Teknologi TenCate Geotube® Dewatering akan menjadi solusi terbaik dalam manajemen penanganan lumpur POME di pabrik kelapa sawit. (Anggar Septiadi/Qayuum)