Demi Hijau Mengundulkan Hutan
Rengekan mesin pemotong kayu (cain saw) yang saling menyahut sayup menembut rerimbunan pohon bakau yang tumbuh di sisi kanan kiri Selat Morong, perairan selebar sekitar 50-150 meter yang memisahkan antara kecamatan Rupat Utara dan Rupat di Kabupaten Bengkalis Riau, pertengahan bulan puasa delapan tahun silam. Di selat itu, persis di kawasan Titi Akar Kecamatan Rupat, speedboat berkapasitas 33 penumpang, bermesin ganda berkekuatan 400 tenaga kuda tiba di sebuah pelabuhan. Orang kampung disana sering menyebut pelabuhan itu pelabuhan “PT”. Tapi karyawan perusahaan menamainya “Jetty”.
Meski cuma di selat, pelabuhan ini nyaris tak pernah sepi. Selalu saja ada tongkang berkapasitas puluhan ribu ton, sandar menungu muatan. Seperti di penghujung bulan puasa, dua unit tongkang sudah sarat muatan kayu cip dan log. “Kayu-kayu itu akan di bawa ke Pangkalan Kerinci,” kata seorang mandor perusahaan di pelabuhan itu. Hanya pabrik kertas dan bubur kertas RAPP yang ada di Pangkalan kerinci, ibu kota kabupaten Pelelawan.
Di Daratan, truk roda sepuluh berkepala merah hilir mudik dari Tempat Penumpukan Kayu (TPK) menuju Jetty. Truk keluaran tahun tinggi itu diperkirakan tak kurang dari 20 unit. Kalau tak sarat muatan kayu cip dan log (gelondongan). Truk ini hilir mudik antara jetty ke pelabuhan dan TPK paling ujung mengarah kedalam sejauh sekitar tiga kilometer. Dari TPK, ada sekitar tujuh TPK di sepanjang jalan poros itu, kayu-kayu dimuat mengunakan traktor kepala capit. Sebelum dibongkar kedalam tongkang mengunakan capit pula, truk meski singah dulu ditimbangan yang sudah disiapkan perusahaan dikawasan Jetty. “Truk-truk itu bekerja 24 jam. Supirnya dibagi dalam dua shif ,” kata seorang sumber yang juga karyawan di perusahaan itu.
Penulis : Abdul Aziz