Kepemilikan perkebunan sawit petani sebesar 42% menjadi kunci pertumbuhan industri sawit di masa depan. Untuk itu, sejumlah strategi telah dirancang Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) dalam peningkatan produktivitas.
Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Mengingat, petani sedang diarahkan memperbaiki kualitas tanaman melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang berjalan semenjak 2015.
Rino Afrino, Sekjen DPP APKASINDO menjelaskan ada dua aspek penting yang perlu diperhatikan dalam peningkatan produktivitas kebun petani. Pertama, melakukan peremajaan perkebunan sawit bagi tanaman yang sudah berusia tua dan tidak produktif, dengan menggunakan benih unggul bersertifikat. Aspek kedua adalah melakukan pendampingan teknis pada petani yang tidak mengikuti peremajaan untuk mengoptimalkan produksi kebunnya.
Hal itu diutarakan Rino Afrino saat menjadi pembicara Diskusi Online bertema kan “Produktivitas Sawit Sampai Dimana?” yang diadakan Majalah Sawit Indonesia, pada Kamis (30 April 2020).
Dikatakan Rino, pemerintah sudah merealisasikan PSR sebagai jalan keluar bagi untuk memperbaiki kualitas tanaman dan penggunaan benih bersertifikat. Perkembangan PSR telah berjalan positif walaupun tetap ada kendala di lapangan.
“Dari data kami, sampai 29 April 2020 rekomendasi Teknik (rekomtek) PSR sebesar 157 ribu hektar. Dari jumlah tersebut, sekitar 108 ribu hektar atau sebesar Rp2,7 triliun dana hibah tersebut telah ditranfer ke rekening petani. Itu adalah progres yang wajib disyukuri,” kata Rino.
Menurutnya asosiasi siap membantu pemerintah untuk merealisasikan target PSR seluas 500 ribu hektare dalam tiga tahun sesuai arahan Presiden Jokowi. Pelaksanaan target ini merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah pusat maupun daerah serta pemangku kepentingan termasuk petani di dalamnya.
“Untuk itu, APKASINDO sangat fokus pada program PSR. Kunci utama produktivitas kebun rakyat adalah bagaimana program PSR dapat berjalan dengan baik,” lanjutnya.
Sebagai asosiasi yang menaungi para petani sawit. APKASINDO tidak hanya mendampingi dan mempersiapkan petani serta lahannya. Tetapi turut memetakan perencanaan PSR. Mulai dari perencanaan dengan detail, by name, by address dan by location.
“Pemetaan yang digunakan dalam kerja PSR juga bisa digunakan dalam Surat Tanda Daftar Budidaya (STBD) dan dapat digunakan untuk mengikuti program Sertifikat Gratis dari BPN, Petani swadaya umumnya menggunakan Surat Keterangan Tanah (SKT). Selain itu pemetaan Ini sangat penting, bagi Koperasi untuk mengembalikan kembali posisi lahannya sesuai surat tanahnya, dapat dimaklumi 30 tahun lalu bagaimana presisi pengukuran dilakukan,” jelas Rino.
Pemetaan yang dilakukan terbagi menjadi dua. Pertama, pemetaan yang bisa langsung digunakan untuk PSR. Kedua, pemetaan yang berada dalam kawasan hutan. “Oleh karena itu, kami juga membuka program inventarisasi lahan petani sawit yang berada dalam kawasan hutan,” tambah Rino.
(Tulisan ini dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia Edisi 15 Mei-15 Juni 2020)