JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Daud Dharsono, Presiden Direktur PT Sinarmas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk, menyebutkan perusahaan memiliki beragam konsep kemitraan dengan petani seperti sistem manajemen satu atap dan pembiayaan PIR Trans sudah ada termasuk KKPA. Selain itu, ada pula model inovasi pembiayaan di Kampar.
Soal transparansi hubungan inti (perusahaa) dan plasma, menurut Daud, PT Smart Tbk menjunjung tinggi aspek transparansi dengan koperasi. Kegiatan pembahasan anggaran seperti anggaran tahunan. Misalkan disetujui dapat digunakan apabila belum sesuai dilakukan revisi. Biasanya, setiap tiga bulan sekali dilakukan dialog bersama pengurus dan anggota. “Luas lahan plasma kami kurang lebih 110 ribu hektare,” ujar Daud beberapa waktu lalu.
Terkait usulan penggunaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi program peremajaan, Daud menilai kendala yang perlu diselesaikan jangka waktu pembayaran cicilan KUR selama empat tahun. Sedangkan, kredit investasi kelapa sawit idealnya itu 11 tahun. Asumsinya, masa empat tahun itu tanaman baru menghasilkan. selanjutnya, tahun ke delapan produksi baru tinggi.Di saat itulah, cicilan baru bisa dibayarkan. “Oleh karena itu, KUR sebaiknya memberikan kelonggaran waktu sampai 11 atau 12 tahun,” ujarnya.
Program inovasi pembiayaan yang digagas PT Smart Tbk juga memperhatikan biaya hidup petani selama peremajaan berlangsung. Dauh menyebutkan program ini mengalokasikan biaya kompensasi tanaman sebesar Rp500 ribu per hektare per bulan kepada petani. Dana ini diberikan selama empat tahun sebagai kompensasi biaya hidup mereka.
“Rencananya, model pembiayaan ini akan kami usulkan pula kepada BPDP sawit. Modelnya seperti apa saya belum tahu persis. Mesti diskusi dulu dengan Pak Bayu (red-Direktur Utama BPDP sawit),” paparnya.