JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Sinarmas Agro Resources and Technology Tbk telah mengelola tiga unit fasilitas pembangkit listrik biogas dan composting capture yang berlokasi di Sumatera maupun Kalimantan. Pengelolaan fasilitas berbasis limbah sawit ini bertujuan membantu pemerintah dalam mengatasi perubahan iklim dan memangkas pengeluaran emisi karbon.
Daud Dharsono, Direktur Utama PT Sinarmas Agro Resources and Technology Tbk, menjelaskan bahwa perusahaan telah melakukan banyak kegiatan mitigasi dalam perubahan iklim. Seperti kegiatan menangkap gas metan dari limbah cair pabrik yang diolah menjadi tenaga listrik. Itu sebabnya, pabrik kelapa sawit mampu sudah mandiri untuk memenuhi kebutuhan listrik. Selain itu, limbah padat sawit dipakai untuk crushing plant dan tambahan bahan bakar di boiler.
“Kami juga menggunakan limbah sawit sebagai bahan pupuk organik. Lalu penggunaan pestisida dan herbisida diatur seminimal mungin. Untuk pengendalian hama tikus telah dimanfaatkan penggunaan burung hantu di perkebunan sawit,” kata Daud Dharsono kepada SAWIT INDONESIA pada akhir Januari, di Jakarta.
Emiten berkode SMAR ini telah memiliki tiga unit fasilitas pembangkit listrik biogas. Terdiri dari dua unit pembangkit biogas di Riau dan satu unit di Jambi. Masing-masing berkapasitas 1,2 MW. Haskarlianus Pasang, Head of Sustainability Division PT SMART Tbk, menyebutkan perseroan berencana menambah satu unit fasilitas biogas yang berlokasi di Kalimantan.
Tak hanya pembangkit biogas, kata Haskarlianus, perusahaan juga mempunyai fasilitas composting yang berada di Medan dan Jambi. Dengan fasilitas methane capture yang ada sekarang diharapkan mampu menekan tingkat emisi karbon sampai 800-900 kilogram CO2eq/ton CPO.
“Target kami (perusahaan) semua pabrik sawit sinarmas dilengkapi fasilitas methane capture,” ujar Daud Dharsono.
Di kesempatan terpisah, Gandi Sulistyanto, Direktur Pelaksana Sinar Mas, menyebutkan kelompok usahanya akan membangun pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM) berkapasitas 1.000 megawatt (MW) di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Nilai investasi pembangunan PLTBM ini mencapai Rp 10 triliun.
“Nantinya, pengelolaan PLTBM berada di bawah anak usahanya, PT Asian Pulp & Paper. Sebelum pembangunan dimulai, perusahaan menunggu keputusan pemerintah mengenai aturan pembelian listrik dari PLTBM,” kata Gandi seperti dilansir dari swa.co.id.
Gandi menjelaskan pembangunan PLTBM dijalankan secara bertahap dari pembangunan pertama berkapasitas 100-200 MW. Kapasitas sebesar 100 MW butuh dana sebesar Rp 1 triliun dan jika naik menjadi 200 MW mencapai Rp 2 triliun. Sampai delapan tahun pembangunan diperkirakan total kapasitas bisa 1.000 MW.