Teknologi controlled released fertilizer merupakan teknologi pengaturan pola pelepasan unsur hara pupuk di dalam tanah secara terkontrol sesuai dengan kebutuhan tingkat unsur hara tanaman selama durasi waktu tertentu. Manfaat dari teknologi ini adalah efektivitas penyerapan unsur hara serta efisiensi biaya pemupukan. Teknologi coating polimer luar angkasa dari NASA menjadi andalannya.
Semakin sulitnya mencari lahan yang sesuai bagi pengembangan perkebunan sawit berdampak kepada pemakaian lahan marjinal untuk pembukaan lahan baru. Masalahnya, lahan marjinal ini tidak memiliki unsur hara yang mencukupi sehingga akan berdampak kepada pertumbuhan tanaman. Guna menjawab problem ini, PT Hextar Fertilizer Indonesia menawarkan pupuk majemuk atau NPK bermerek CRF Simplot.
Pupuk CRF Simplot merupakan jenis controlled release fertilizer yang berbentuk granul dengan lama waktu rilis antara 9 bulan – 10 bulan. Herry Eka Iswanto, Plantation Business Manager PT Hextar Fertilizer Indonesia, menjelaskan pupuk ini diproduksi oleh Simplot Company yang berkantor di California, Amerika Serikat. Pengembangan CRF Simplot menggandeng NASA, Badan Antariksa Amerika Serikat. Terdapat lapisan polimer di dalam pupuk ini yaitu monomer A dan monomer B yang bergabung menjadi coating polimer .
Lapisan polymer pada CRF Simplot berperan sebagai coating yang mengendalikan pola pelepasan unsur hara melalui proses penyerapan air ke dalam coating untuk membentuk larutan nutrisi unsur hara. Selanjutnya, unsur hara lepas dari coating untuk diserap tanaman atau biasa disebut proses Reverse Osmosis. Proses Reverse Osmosis ini dimulai dengan proses penyerapan kelembaban.
Herry Eka menambahkan proses pelepasan unsur hara CRF Simplot terjadi selama 9-10 bulan dengan kondisi rata-rata suhu tanah di Indonesia sebesar 30 derajat celcius. Kelebihan dari teknologi polimer CRF Simplot adalah ketahanannya yaitu tidak dipengaruhi oleh Ph tanah, aktivitas mikrobiologi, jenis tanah, dan kelembaban tanah. Mekanisme pelepasan unsur hara pun hanya dipengaruhi oleh suhu tanah, semakin tinggi suhu tanah semakin cepat pelepasannya, begitu sebaliknya, serta oleh ketebalan coating, semakin tipis coating, semakin cepat pelepasan unsur hara, begitu sebaliknya.
Rizki Romadhona Ilhamy, Product Development PT Hextar Fertilizer Indonesia, menjelaskan proses pelepasan unsur hara CRF Simplot mengikuti proses alami siklus kehidupan tanaman. Pada saat siang hari, ketika tanaman melakukan proses fotosintesis yang membutuhkan banyak energi dan makanan, dimana pada saat tersebut suhu tanah naik, partikel polimer coating CRF Simplot akan bergerak dengan semakin cepat. Sehingga terbentuk rongga sebagai jalan keluar unsur hara dari dalam pupuk ke tanah untuk diserap akar tanaman.
“Begitu juga sebaliknya pada malam hari saat tanaman beristirahat, dimana aktivitas tanaman menyerap unsur hara menjadi rendah, partikel polimer coating CRF Simplot akan bergerak melambat seiring semakin rendahnya suhu tanah, sehingga rongga jalan keluar unsur hara dari dalam pupuk akan menutup. Dengan demikian maka tingkat penyerapan unsur hara oleh tanaman dapat mencapai 95%,” ujarnya. Oleh karenanya, CRF Simplot mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyerapan unsur hara kepada tanaman.
PT Hextar Fertilizer Indonesia menyediakan pupuk CRF Simplot terdiri dari dua varian yaitu CRF Simplot 18-7-9+3Mg+TE untuk tanaman di fase pre nursery, main nursery maupun TBM. Adapula, CRF Simplot 12-6-32+Mg+TE dipakai tanaman fase menghasilkan (TM). Pelepasan unsur hara pupuk ini memakai pola staged nutrient release di mana tahap awal dominan melepas unsur fosfat atau P untuk perkembangan akar. Selanjutnya, N (nitrogen) bagi pertumbuhan vegetatif, dan unsur K yang ditujukan kepada pertumbuhan generatif, ketahanan tanaman serta pembentukan buah.
Dengan bentuk granul, aplikasi CRF Simplot cukup dibenamkan pada lubang tanam. Dosis yang dianjurkan bagi tanaman fase pre nursery adalah 5 gram per pokok. Sementara di tahapan nursery mencapai 50 gram per pokok.
“Salah satu keunggulan CRF Simplot, dibandingkan dengan pupuk konvensional untuk fase nursery dalam satu bulan bisa dilakukan 2-3 kali pemupukan, sementara CRF Simplot total dari kecambah hingga transplanting hanya dilakukan pemupukan dua kali dengan total takaran hanya 55 gram per pokok,” kata Rizky.
Herry Eka menambahkan penggunaan pupuk NPK CRF Simplot akan membantu efisiensi yang tinggi sehingga diperoleh banyak keuntungan bagi perkebunan yaitu penghematan biaya dari segi tenaga kerja, transportasi, dan gudang penyimpanan. “Secara kumulatif di fase nursery saja kita bisa menghemat biaya 20-30 %,” papar Rizky.
Kelebihan lain dari pupuk ini yaitu digunakan teknologi Phosphorous Enhancer bernama AVAIL untuk memperbanyak ketersediaan unsur fosfor untuk diserap oleh akar tanaman. Lewat teknologi ini melindungi unsur fosfor dari pupuk supaya tidak bereaksi dengan unsur Al+, Fe+, Mg+, dan Ca+. Keterikatan fosfor terhadap unsur-unsur tersebut akan membentuk ikatan yang sukar larut di dalam air sehingga unsur yang diperlukan tanaman tak mampu diserap.
“Unsur fosfor ini sangat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan akar yang kuat, bila akarnya kuat maka unsur hara akan diserap baik oleh tanaman sehingga pertumbuhan daun, batang, dan buah juga akan optimal,” tukas Hery.
Bagi lingkungan, ditambahkan Herry, kandungan polimer bersifat biodegradable yang membuatnya aman ketika rilis di tanah. Sebab, mampu terdekomposisi secara alami menjadi air, ammonium dan karbon dioksida setelah selama beberapa waktu tertentu. Hal ini disebabkan karena lapisan polymer yang tipis yang digunakan termasuk ke dalam golongan polyurethane sehingga tidak meninggalkan residu apapun setalah aplikasi selesai.
CRF Simplot mendapatkan respon cukup baik dari para pelaku sawit. Pengguna CRF Simplot berasal dari perusahan perkebunan sawit terkemuka di Indonesia seperti Sinarmas Group, Wings Agro, Dami Group dan yang lainnya. Sebelum masuk pasar komersial, produk ini diujicobakan di pusat penelitian milik perusahaan sawit seperti Minamas Research Station dan Bah Lias Research Station.
Kepada konsumen, CRF Simplot dijual dalam kemasan 25 Kilogram yang dibandrol harga Rp 28.000-Rp 30.000 per kilogram. Kendati harganya tinggi dari pupuk NPK lain, tetapi secara total penggunaan produk ini bisa lebih hemat dari segi biaya dan efisiensi. Herry optimis CRF Simplot dapat berkembang di masa mendatang karena keunggulan yang dimilikinya .
“Melalui teknologi polimer NASA dan AVAIL ini kami bertujuan untuk membantu masyarakat perkebunan untuk mendapat hasil yang optimal dengan biaya yang minimal,” ujar Herry.
Untuk pelayanan purna jual, PT Hextar Fertilizer Indonesia menyediakan layanan konsultasi kepada customer di tiga kantor cabang yang tersebar di Pekanbaru, Pontianak, dan Palangkaraya. “Setiap kita menawarkan produk Simplot kepada konsumen. Tapi kami membantu pekebun dari aspek agronomis di lapangan untuk memberikan informasi kepada pekebun dan juga secara teknis di lapangan. Konsumen tetap kami dampingi pasca penjualan produk,” ujar Herry Eka.
Pada tahun 2014, perusahaan berencana membuka satu cabang perusahaan di Samarinda, Kalimantan Selatan. Lewat kantor cabang baru akan mengoptimalkan pelayanan kepada konsumen di daerah tersebut. Saat ini, perusahaan mempunyai fasilitas gudang di emapt kota yaitu Cikarang, Surabaya, Banjarmasin, Pontianak, dan Pekanbaru. Kapasitas gudang mulai dari 2.000-20.000 ton sehingga menjamin pasokan pupuk kepada konsumen. (Anggar Septiadi)