Berbeda dengan produk lain, pelarut (solvent) SCUD 100 EW berupa air dan memilki emulsifier “non petroleum-base” yaitu minyak sawit efektif untuk pengendalian kumbang tanduk. Sama sekali tidak menimbulkan keracunan pada daun muda kelapa sawit.
Bagi pelaku sawit, pemilihan produk pengendali kumbang tanduk melihat pula faktor keamanan bagi pengguna dan lingkungan. Pasalnya, banyak aturan dari dalam dan luar negeri yang mempersyaratkan kedua hal tersebut dalam tata kelola kebun. PT Biotis Agrindo rnenawarkan produk pengendali kumbang tanduk bernama SCUD 100 EW yang lebih aman terhadap tanaman, operator dan lingkungan.
Rusmanto, Manager Riset dan Pengembangan PT Biotis Agrindo,menjelaskan produk insektisida ini telah teruji untuk mengendalikankumbang tanduk di perkebunan sawit.Walaupun baru diluncurkan lima tahun lalu tetapi jumlah perusahaan perkebunan sawit yang menjadi penggunanya cukup banyak. Sebagian besar pengguna berasal dari perusahaan perkebunan negara PTPN dan beberapa perusahaan perkebunan sawit swasta. Bahkan kelompok perusahaan perkebunan di Malaysia, seperti Sime Darby telah lama dan secara kontinyu menggunakan produk sejenis SCUD 100 EW.
Apa yang membuat perusahaan kelapa sawit swasta dan negara berminat sebagai pengguna Scud 100 EW? Menurut Rusmanto, produk insektisidanya berbahan aktif Sipermetrin bersifat racun kontak dan lambung. Sifat kontak dari bahan aktifini dapat membasmi kumbang tanduk dalam waktu hitungan jam apabila terkena secara langsung. Dan jikapun tidak terkena semprotan langsung, efek residu yang termakan menyebabkan “selera makan” si kumbang menurun drastis dan pada akhirnya akan mati.
“SCUD 100 EW ini semenjak awal memang dikhususkan kepada tanaman kelapa sawit. Dari lima tahun lalu, produk ini telah terdatar di Komisi Pestisida,” kata Rusmanto dalam perbincangan dengan SAWIT INDONESIA.
Yang menarik, produk ini dapat digunakan untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Keunggulan yang dimiliki produk ini selain efektif terhadap kumbang tanduk, SCUD 100 EW mempunyai emulsifier berbasis minyak sawit. Kandungan minyak sawit ini sebesar15%-20%. Rusmanto mengatakan emulsifier ini membuat campuran cairan insektisida dengan air lebih merata. Berbeda dengan produk lain, selain itu produk ini menggunakan pelarut dari air (“deionized“/netral) sekitar 70% – 75%, dan ini menjadikan SCUD 100 EW lebih aman dan sesuai dengan program RSPO,” kata Rusmanto. Di pasaran, Scud 100 EW ini dijual dalam kemasan 2 liter dan 4 liter.
Konsentrasi anjuran untuk kumbang tanduk adalah 5 ml/liter air. Untuk satu tangki dengan volume 15 liter diperlukan SCUD 100 EW sebanyak 75 ml. Rusmanto mengkalkulasi satu pokok butuh semprotan 100 – 150 ml larutan semprot untuk mengendalikan kumbang tanduk. Sehingga satu tangki cukup untuk 100-150 pokok sawit (TBM, tergantung umurnya).Takaran sebesar ini digunakan untuk menghadapi tingkat serangan hama Orcyhtes Rhinoceros skala ringan sampai dengan sedang. Dengan jangka waktu pemberian insektisida sebanyak dua minggu sekali (satu bulan 2 kali aplikasi).
Kalau serangan sudah mengkhawatirkan dan kumbang tanduk membandel, Rusmanto menyarankan waktu penyemprotan diperpendek dari dua minggu menjadi 10 hari sekali. Selanjutnya, jumlah dosis ditingkatkan menjadi 1,5-2 kali dari konsentrasi anjuran.
Untuk mendapatkan hasil optimal, aplikator disarankan menyemprotkan cairan SCUD 100 EW ke tiga bagian tanaman yaitu pucuk tanaman, pelepah daun dan piringan dekat pokok sawit. Rusmanto menerangkan semprotan lebih diutamakan kepada pucuk tanaman dengan dosis lebih banyak. Sebab, kumbang tanduk biasanya merusak bagian pucuk pokok sawit. Akibatnya, pertumbuhan pohon dapat berjalan tidak normal/stagnan dan mengganggu hasil produksi.
“Semprotan di pelepah dosisnya agak sedikit dan di daerah piringan lebih sedikit lagi. Itupun bergantung kepada kebersihan piringan tanaman. Kalau, terdapat bekas daun maupun gulma sebaiknya diberikan Scud 100 EW, sebaliknya jika piringan bersih tidak perlu disemprot. Kumbang tanduk betina itu lebih senang mencari tempat kotor atau kurang terawat untuk tempat bertelur,“ kata Rusmanto.
Di tanaman belum menghasilkan, penyemprotan mudah dilakukan karena tinggi tanaman masih terjangkau aplikator. Sedangkan tanaman menghasilkan,terang Rusmanto, kegiatan penyemprotan dibantu kayu atau bambu dengan tambahan selang.
Keunggulan Produk
Kandungan bahan aktifsipermetrin (golongan piretroid) yang dimiliki SCUD 100 EW, memiliki keunggulan tersendiri. Efek “knock down” membuat efektifitasnya sangat baik terhadap kumbang tanduk. Hama ini akan mengalami penurunan“selera makan” yang drastis dan akhirnya mati. Kandungan bahan aktifnya memiliki LD50 yang lebih besar ketimbang bahan aktif yang umumnya dipakai (yaitu karbosulfan dankarbofuran). Dengan kata lain dari segi toksikologi dan keamanan,SCUD 100 EW dengan bahan aktif sipermetrin jauh lebih aman dibandingkan insektisida pengendalian kumbang tanduk berbahan aktif karbosulfan/karbofuran).
Tidak adanya kandungan minyak di dalam SCUD 100 EW menjadikan produk ini lebih aman bagi pengguna dan lingkungan. Seperti telah diketahui, stok insektisida biasanya disimpan didalam gudang untuk persediaan beberapa bulan mendatang. Penyimpanan SCUD 100 EW tidak perlu khawatir terjadi kebakaran, produk ini sama sekali tidak mudah terbakar. Hal ini akan berbeda dengan produk insektisida yangmemilkipelarut dari minyak bumi yaitu xylen yang lebih mudah terbakar.
Menurut Rusmanto, kandungan air yang sangat dominan dalamSCUD 100 EW akan terhindar dari bahaya kebakaran. Tentu saja, hal ini tidak akan membuat khawatir pelaku perkebunan sawit. Manfaat lain bagi tanaman, daun muda pada bagian pucuk kelapa sawit tidak akan keracunan sekalipun misalnya harus disemprot dengan konsentrasi tinggi dan interval yang lebih pendek. Hal ini berbeda dengan insektisida dengan pelarut xylen, sangat berpotensi menimbulkan daun menjadi kuning karena keracunan insektisida.
Ditinjau dari aspek lingkungan dan keselamatan, menurut Rusmanto, kandungan bahan di dalam SCUD 100 EW sangatlah aman. Karena seperti telah dijelaskan emulsifier berasal dari minyak sawit dan pelarutnya didominasi air. ltu sebabnya, perusahaan optimistis produknya akan diterima perusahaan perkebunan dengan beragam nilai tambah yang dimilikinya.
Tak hanya perusahaan, penjualan Scud 100 EW sedangdikembangkan kepada kalangan petani. Sebab potensi free market di segmen ini cukup besar. Apalagi berdasarkan data Kementerian Pertanian, kepemilikan lahan sawit petani mencapai 40% dari total luas perkebunan sawit 9 juta hektare. (Qayuum Amri)