Harga minyak sawit (CPO) global diprediksi dapat turun pada kuartal keempat tahun ini akibat turunnya harga minyak bumi dan stabilitas stok CPO. Harga CPO diprediksi dapat mencapai RM 2.800-RM 3.100 per ton.
Keterkaitan antara harga minyak CPO dan minyak bumi menjadi dasar analisis James Fry, Analis LMC International untuk menebak fluktuasi harga CPO. James Fry memprediksi harga minyak bumi akan turun akibat kenaikan suplai sementara permintaannya melambat. Hal ini berakibat kepada turunnya harga CPO. Ada dua opsi terkait harga minyak bumi yang selanjutnya ini akan memengaruhi patokan harga CPO.
Opsi pertama, harga minyak bumi berkisar di angka US$ 95 per barel. Dalam kondisi ini, harga CPO bertengger di kisaran RM 2.900 per ton pada kuartal ketiga. Sampai kuartal keempat tahun ini, harga CPO diperkirakan akan terus turun sampai RM 2.800 per ton.
James Fry menjelaskan ada opsi kedua apabila harga minyak bumi berada di level US$ 110 per barel. Pada kuartal ketiga, harga CPO sebesar RM 3.200 per ton yang berpotensi turun sampai RM 3.100 per ton pada kuartal keempat.
Secara global, menurut James Fry, kebijakan skema Bea Keluar CPO terbaru yang dikeluarkan pemerintah Indonesia ternyata berdampak kepada stok CPO di Malaysia. Jumlah ekspor produk turunan CPO Indonesia sangatlah kompetitif dalam berhadapan dengan produk turunan asal Malaysia. Malaysian Palm Oil Board mencatat stok CPO di dalam negeri tetap tinggi sepanjang Januari hingga Maret kemarin.
Dengan kondisi seperti ini, berdasarkan analisa James Fry, stok CPO di Malaysia tidak akan melewati angka 1,7 juta ton.
Analisis lainnya berasal dari Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd, menitiberatkan pergerakan harga CPO akan dipengaruhi suplai dan permintaan CPO hingga akhir tahun ini. Sebagai gambaran, produksi CPO Malaysia bulan Maret lebih rendah 14% atau 1,21 juta ton daripada bulan sebelumnya. Pelaku pasar tetap mempertimbangkan melambatnya pertumbuha ekonomi yang terjadi di Cina dan krisis finansial Eropa yang kian memburuk.
Dia memproyeksikan harga CPO dapat mencapai RM 4.000 per ton hingga semester pertama ini. Pertimbangannya, masyarakat dunia tetap membutuhkan CPO yang mendorong kenaikan permintaan. Faktor lain, keterbatasan pasokan kedelai di Amerika Selatan akan berdampak positif kepada minyak sawit.
Sementara itu, Derom Bangun selaku Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia, memproyeksikan harga CPO berkisar US$ 1.050 per ton pada 2012 yang sulit menyamai harga rata-rata tahun lalu sebesar US$ 1.100 per ton. Tingginya harga tahun ini dipengaruhi produksi minyak sawit globat belum dapat memenuhi permintaan.
Menurut Derom Bangun, peningkatan kebutuhan minyak sawit dunia didorong kenaikan permintaan di industri minyak makan dan biofuel yang memerlukan CPO sebagai bahan bakunya.
Produksi CPO
James Fry memproyeksikan produksi CPO di kawasan Asia Tenggara akan diuntungkan membaiknya cuaca terutama dari curah hujan yang mulai berlangsung pada awal tahun ini. Namun, masih adanya iklim kering yang terjadi di Indonesia dan bertambahnya lahan menghasilkan baru dapat membantu produksi CPO.
Total produksi CPO Indonesia pada tahun ini diperkirakan 27,45 juta ton atau naik 9,1% daripada tahun 2011 berjumlah 25,15 juta ton. Sementara itu, produksi CPO Malaysia diprediksi 18,84 juta ton pada 2011 atau sama dengan tahun kemarin.
Dorab Mistry menganalisis produksi CPO Malaysia akan mencapai kisaran 18,6 juta-19 juta ton pada tahun ini yang sudah terlihat dari rendahnya siklus produksi pada Januari kemarin. Pada 2011, produksi CPO Malaysia mencapai 18,9 juta ton yang merupakan siklus produksi tertinggi. (am)