JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Maritim berkunjung ke Kawasan Industri Dumai (KID) Wilmar untuk meninjau laboratorium oleokimia.
Kunjungan ini dilakukan sehari sebelum Rapat Koordinator (Rakor) Tindak Lanjut Badan Otorita Kawasan Pariwisata Danau Toba. Arlizman Agus, Pejabat Walikota Dumai, menjelaskan kedatangan Menko Maritim dalam rangka kunjungan kerja ke Kawasan Industri Dumai (KID). Kunjungan ini bertujuan melihat kesiapan KID dalam rangka pembangunan kawasan ekonomi hijau yang disebut dengan green economic zone di Indonesia.
“Kami minta dukungan semua pihak supaya Dumai lulus penilaian menjadi kawasan ekonomi hijau atau green economic zone di Indonesia. Kami yakin Dumai menjadi kawasan ekonomi hijau. Dengan pertimbangan, kota ini (Dumai) punya keunggulan komparatif dan posisinya sangat strategis berhadapan dengan Selat Malaka sebagai selat tersibuk di dunia,” jelas Arlizman seperti dikutip media setempat.
Tercatat, ada empat kawasan industri yang sedang dinilai untuk menjadi kawasan ekonomi hijau antara lain KID di Dumai, Kawasan Industri Sei Mangkei di Sumatera Utara, Kawasan Industri Maloy di Kalimantan Timur, dan Kawasan Industri di Kalimantan Barat.
Dalam kunjungan ke Wilmar, Rizal Ramli melihat kawasan pelabuhan KID sebagai pusat ekspor CPOdan fasilitas control room yang sudah terkomputerisasi.
Dalam kunjungan ke Dumai, Rizal Ramli didampingi Pj Walikota Dumai, Arlizman Agus beserta jajaran muspida setempat. Dari pihak Wilmar, hadir pula Martua Sitorus, Pemilik Wilmar, Direksi Wilmar MP Tumanggor, GM Wilmar Dumai Tenang Sembiring, Mustafa Daulay, Corporate Affair Wilmar, dan Byron Oswal Salim, koordinator Kawasan Industri Indonesia.
Sebagai informasi,Kawasan Industri Dumai seluas 1.300 hektare, telah dilengkapi dengan jetty dermaga, pembangkit listrik, terminal bulking palm oil, tanki, pengolahan air bersih, dan pengolahan limbah. Dengan berdirinya infrastruktur dan sarana lain akan memudahkan kalangan investor untuk membangun pabriknya disana. Total investasi kawasan industri ini diperkirakan Rp 7 triliun.
Sumber foto: dokumentasi Mustafa Daulay