PT Technindo Contromatra mengutamakan nilai tambah produk dan memperkuat layanan pasca jual kepada konsumen. Bersiap memasarkan produknya ke negara-negara di Asia Tenggara.
Di kalangan perusahaan sawit, nama PT Technindo Contromatra telah dikenal sebagai supplier industrial equipment terkemuka di Indonesia. Memasuki usia 25 tahun, perusahaan memperkuat pelayanan kepada konsumen sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lain. PT Technindo Contromatra bergerak dalam penjualan unit-unit di industri sawit antara lain boiler, turbin, genset, industrial and engine automation, dan hidrolik sistem. Selain itu, perusahaan memasarkan produk alat berat seperti wheel loader ke perkebunan sawit.
Tercatat, ada empat merek yang diageni perusahaan yaitu Advance Boiler, Bosch Rexroth Hydraulic, Deutz Genset, dan Changlin Wheel Loader. Selain itu, perusahaan juga menjual produk dan suku cadang lain yang dibutuhkan pelaku industri tambang, minyak dan gas, dan industri energi serta listrik.
Tipikal PT Technindo yang bervisi ke depan dan pintar membaca peluang dapat terlihat dari keinginan menembus pasar Asia Tenggara. PT Technindo Contromatra sangat serius ini dengan rencana ini. Salah satu strategi membuka kantor cabang di Malaysia. Sebab sudah ada permintaan produk PT Technindo Contromatra dari Malaysia dan Singapura. “Kami siap Go ASEAN pada 2015 nanti,” ujar Ignatius, Sales Director PT Technindo Contromatra.
Chandra Wijaya, Pendiri sekaligus Direktur PT Technindo Contromatra, menilai supaya dapat dilihat pembeli luar negeri maka perlu membuka kantor cabang di luar Indonesia seperti Malaysia. Targetnya, perusahaan ingin pegang keagenan untuk kawasan Asia Pasifik.
“Langkah awal itu harus membangun jaringan di negeri Jiran. Strategi lain, kami aktif terlibat dalam pameran berskala internasional seperti PIPOC di Malaysia. Gantian kita perusahaan Indonesia yang ekspansi ke Malaysia. Jangan mereka terus yang datang ke sini ,” kata Chandra sambil tersenyum.
Persiapan menuju Go ASEAN dilakukan secara serius, menurut Ignatius, pihaknya meningkatkan kompetensi tim teknisi lewat berbagai macam pelatihan. “Paling utama itu, memiliki internal tim support karena kalo asal buka cabang saja sebenarnya gampang. Namun, harus didukung SDM yang bagus,” lanjut Ignatius.
Menurut Chandra Wijaya, transformasi bisnis sudah terjadi dari semenjak awal berdiri hingga sekarang. Di awal berdiri tahun 1989, Chandra Wijaya dan saudaranya membangun bisnis dengan bendera CV di bidang perdagangan barang pabrik sawit misalkan valve, mechanical dan instrumen kontrol. Kala itu, omset perusahaan masih berkisar Rp 15 juta-Rp 20 juta per bulan,
Setelah berganti status menjadi PT Technindo Contromatra pada 1995, segmen bisnisnya terfokus kepada distributor dan keagenan barang dan unit kebutuhan pabrik sawit. Pendapatan perusahaan juga naik sampai di atas Rp 500 juta per bulan. Peningkatan omset disokong kepiawaian manajemen perusahaan untuk menggaet konsumen dari industri lain seperti tambang, minyak dan gas, petrokimia, listrik, dan smelter.
Saat ini, omset perusahaan diperkirakan dapat mencapai di atas Rp 200 miliar per tahun. Pasalnya, divisi produk perusahaan terus bertambah, misalkan sekarang terdapat segmen alat berat. “Sekarang kami bertransformasi kepada bisnis yang sifatnya turn key dan know how. Ke depan, kami sudah mempunyai visi untuk Go Public,” tukas Chandra.
PRIORITASKAN AFTER SALES SERVICE
Ignatius mengatakan semenjak awal perusahaan tidak bermain dari sisi harga dengan pertimbangan kurang efektif dalam sebuah persaingan. Untuk itulah, perusahaan menjual produk dalam satu paket mulai dari perawatan, garansi, dan layanan purna jual. Tujuannya, memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada konsumen karena sudah mendapatkan dukungan sejak awal pembelian.
Juwono, Direktur Area 1 PT Technindo Contromatra, ketersediaan sparepart menjadi tuntutan dari customer perusahaan. Produk yang dijual itu sudah branded dan sesuai standar, yang beberapa produk telah berusia puluhan tahun. “Untuk dapat berkompetisi dengan produk lain yang kualitasnya sama dengan kami. Maka, aspek pelayanan dan kepercayaan itu menjadi nilai tambah Technindo Contromatra,” paparnya.
Memberikan pelayanan yang optimal sudah menjadi prinsip utama dari PT Technindo Contromatra. Hal ini tidak terlepas dari evolusi bisnis perusahaan yang semula perusahaan agen menuju kepada manufaktur. Kemampuan untuk memberikan pelayanan lebih cepat diciptakan dengan melalui tujuh kantor cabang yang tersebar di Indonesia antara lain, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Pengkalan Bun, Banjar Baru, dan Jakarta. Sedangkan, kantor pusat berada di Medan, Sumatera Utara, yang mempunyai luas 8.000 meter persegi, yang dilengkapi workshop, gudang, dan stok spare part.
Sebelum berdiri kantor cabang, pengiriman barang masih terpusat di Medan yang sehingga butuh waktu lama sampai di lokasi pembeli. Contohnya saja, pengiriman barang tujuan wilayah Indonesia Timur perlu waktu tiga bulan. Ignatius menuturkan dua kantor cabang dilengkapi dengan workshop yaitu Pekan Baru dan Pangkalan Bun. Workshop ini berfungsi untuk mempercepat pengiriman barang ke daerah yang dekat dengan workshop tersebut.
Rudi, Direktur Area 2 PT Technindo Contromatra, menjelaskan workshop di Pekanbaru untuk melayani permintaan daerah Riau dan Sumatera bagian barat, yang didukung kantor pusat. Sedangkan, Pangkalan Bun memenuhi permintaan barang di wilayah Indonesia Timur.
Kantor cabang ini pun dilengkapi tenaga teknisi yang dapat bergerak cepat. Dukungan teknisi ini sangatlah dibutuhkan dalam hal preventive maintenance dan corrective maintenance.
“Intinya, kami tidak jual putus sebuah produk tetapi dapat dilengkapi paket perawatan sesuai keinginan konsumen. Perusahaan lebih berpandangan kepada bisnis yang sifatnya jangka panjang. Itu sebabnya, konsumen kami senang dengan pelayanan diberikan,” jelas Rudi.
Chandra Wijaya mengatakan penjualan produk ke segmen industri dapat berhasil kalau didukung servis kuat. Makanya perusahaan berani menjual alat berat dari Cina. Supaya konsumen yakin, ujar Chandra, alat berat diperkuat dengan tim servis. Nama PT Technindo Contromatra yang sudah familiar di telinga pemain sawit juga menjadi jaminan.
“Pertimbangan orang itu bukan hanya berdasarkan dari produknya saja tetapi siapa pemilik perusahaan dibalik barang tersebut. Kami ini menjual kepercayaan kepada pembeli, “ ujar Chandra.
Rudi mengatakan hampir 60% konsumen perusahaan berasal dari industri sawit. Perusahaan besar seperti Wilmar, PT Smart Tbk, PT PP London Sumatera Tbk, PT Astra Agro Tbk, Minamas Plantation, Salim Grup. Dari segmen industri lain antara lain Inalum, Pertamina, PLN, dan RAPP.
Semakin majunya bisnis PT Technindo Contromatra mendorong perusahaan ini untuk bertransformasi. Dalam jangka panjang, divisi bisnis di dalam perusahaan akan terpisah menjadi perusahaan mandiri. Segmen bisnis perusahaan terdiri dari power and energy, alat berat, hidrolik, dan boiler.
Ke depan, ujar Rudi, perusahaan akan membangun pembangkit listrik yang dapat dijual kepada konsumen. Dengan pertimbangan, teknologinya telah dipahami perusahaan melalui divisi power and energy yang dimilikinya. “Untuk saat sekarang, kami mampu hasilkan listrik untuk kebutuhan internal. Kapasitasnya sekitar 1,5 MW-2 MW,” kata Rudi.
Dengan jumlah karyawan yang mencapai 150 orang, PT Technindo Contromatra kian memantapkan bisnisnya di di pasar lokal dan internasional. Dengan pengalaman dan pelayanan kuat yang dimiliki perusahan maka visi menembus pasar Asia Tenggara dapat terwujud serta mengharumkan nama Indonesia. (Anggar Septiadi/Qayuum)