Efisiensi bahan bakar merupakan salah satu keunggulan boiler yang diproduksi PT Maxitherm Boilers Indonesia. Dengan efisiensi ini, perusahaan dapat menghemat biaya operasionalnya. Ada dua jenis boiler yang ditawarkan yakni water tube dan fire tube.
Pengalaman Maxitherm sebagai produsen boiler di Indonesia sudah berjalan lebih dari dua dasawarsa. Di kalangan pabrik kelapa sawit, perusahaan ini dikenal dengan produk boiler bertipe membrane wall. Tony Salim, Managing Director PT Maxitherm Boilers Indonesia, mengatakan membrane wall secara design memiliki penyerapan panas (heat transfer) yang lebih baik, meminimalkan penggunan batu api. Selain itu, operator lebih mudah melakukan pemeliharaan berkala.
Ditambahkan kembali, membrane wall ini mempercepat take up steam karena hanya butuh waktu kurang lebih satu jam saja untuk menghasilkan steam. Semakin cepat steam dihasilkan ini berarti penggunaan bahan bakar semakin effisien.
“Boiler yang kami produksi sangat unggul dalam hal effisiensi, karena water tube boiler yang diproduksi selama ini memiliki standar efisiensi sebesar 79% sampai 88%,” ujar Tony Salim kepada SAWIT INDONESIA.
Tony Salim menjelaskan membrane wall mengurangi pula isolasi bata api dan semen api di dalam boiler. Penggunaan batu api hanya pada area dapur untuk melindungi pipa kontak langsung dengan api yang suhunya dapat diatas 1000 derajat celcius, sehingga perawatan akan lebih murah karena meminimalkan penggunaan batu dan semen api.
PT Maxitherm Boilers Indonesia memiliki dua jenis desain boiler yakni water tube boiler dan fire tube boiler. Tony Salim menjelaskan water tube boiler dipergunakan pada industri pengolahan CPO dan turunannya. Range boiler yang didesain memiliki kapasitas hingga 150 ton per jam. Tekanan kerja bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan klien (pada saat ini umumnya antara 21 barg hingga 35 barg). Tak hanya itu, temperatur juga bervariasi karena dapat saturated ataupun superheated.
Water tube boiler mempunyai dua desain dapur yakni fixed grate design dan travelling gate design. Untuk fixed grate design, pembersihan abu sisa pembakaran bersifat manual karena dilakukan sendiri oleh operator boiler.
Sementara itu, boiler travelling grate design membersihkan abu sisa pembakaran bekerja dengan otomasi bukan bersifat manual. Tony Salim mengatakan desain ini membuat kondisi pabrik menjadi bersih dengan desain ini dapat dihindari pressure drop yang terjadi apabila dilakukan pembersihan abu secara manual dan efisiensi boiler menjadi konsisten serta meningkat.
Tipe boiler EKW (fire tube boiler) ditujukan memenuhi kebutuhan bulking station di industri sawit. Tony Salim memaparkan boiler yang diproduksi ini sangat murah dan hemat biaya operasi karena mempergunakan bahan bakar padat berupa limbah sawit (cangkang & fiber) dan dapat pula mempergunakan limbah kayu (saw dust /wood chips). Selama ini, bulking station yang memakai boiler berbahan bakar solar yang membuat biaya operasional tinggi. Range kapasitas boiler EKW mulai dari 1 ton per jam sampai 10 ton per jam dengan tekanan kerja 12 barg dan saturated steam.
Menurut Tony Salim, seluruh boiler yang diproduksi sudah memenuhi standar minimal yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sehingga sangat ramah lingkungan. Contohnya saja, pemakaian limbah padat sawit tersebut tidak menghasilkan pembuangan gas beracun ke udara, melainkan hanya asap dan debu saja dan sesuai dengan standar emisi yang diperkenankan.
Jangka waktu pemasangan Boiler di lapangan umumnya berkisar 4 s/d 6 bulan, dan ini tergantung dari lokasi pabrik sawit dan ukuran kapasitas Boiler yang di pasang. Untuk pelayanan purna jual, kata Tony Salim, Maxitherm Boiler memiliki team yang memiliki keahlian untuk inspeksi serta analisa yang tajam sehingga dapat memberikan solusi yang cepat dan tepat sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
Semenjak 1995, produk boiler Maxitherm sudah terjual kurang lebih 100 unit boiler kepada pabrik pengolahan kelapa sawit. “Memang jumlahnya tidak terlalu besar karena perusahaan tidak ingin jor-joran menjual boiler,” papar Tony.
Saat ini, perusahaan sedang mengembangkan pemanfaatan kelebihan bahan bakar boiler untuk dijadikan pembangkit listrik. Tony Salim mengatakan selama perusahaan perkebunan kelapa sawit di daerah sulit mendapatkan akses jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara. Sebagai gambaran, boiler berkapasitas 15 Ton per jam dapat menghasilkan daya listrik 2 MW per jam. Aplikasi pembangkit listrik dari boiler ini membuat jaringan listrik dapat dijangkau dan menekan biaya operasional karena selama ini mengandalkan genset berbahan bakar solar, sehingga biaya lebih tinggi. (Qayuum Amri)