JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Moratorium perijinan lahan kelapa sawit akan berdampak besar terhadap suplai dan harga produk sawit di pasar global. Suplai bisa terganggu karena produktivitas minyak sawit Indonesia masih rendah sekitar 3 ton CPO per hektar per tahun.
Hal ini berdasarkan analisa peneliti yg tergabung dalam Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Hasril Siregar, Direktur PPKS mengatakan bahwa wacana moratorium konsesi lahan untuk pengembangan kelapa sawit akan berdampak besar kepada suplai dan harga palm product ke pasar dunia.
Pelaksanaan moratorium ini menyebabkan terganggunya keseimbangan suplai palm product di Indonesia karena berkurangnya produksi. Produksi sawit dipengaruhi peremajaan kelapa sawit sekitar 5% dari jumlah area tanaman menghasilkan yang biasanya dapat dikompensasi dengan penambahan luas areal kelapa sawit baru.
Menurut Hasril, dampak lanjutan dengan terpangkasnya suplai adalah harga minyak kelapa sawit naik dan menjadi tidak kompetitif. Apalagi, produktivitas kelapa sawit Indonesia masih sangat rendah, sekitar 3 ton CPO/ha/tahun.
Padahal, Indonesia adalah harapan dunia untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati berbasis sawit. Tengok saja, kebutuhan CPO dan PKO dunia pada 2024 sebesar 81,9 juta ton di mana sebanyak 43,4 juta ton berasal dari Indonesia.
Mengapa Indonesia menjadi tumpuan? Hasril menuturkan negara-negara penghasil CPO lainnya tidak memungkinkan dalam peningkatan produksi secara cepat lantaran keterbatasan lahan dan faktor budidaya (iklim dan hama penyakit).
“Indonesia masih berpeluang untuk terus meningkatkan kapasitas produksi kelapa sawit melalui perbaikan budidaya (intensifikasi) dan perluasan areal,” ujar Hasril melalui layanan pesan WhatsApp kepada SAWIT INDONESIA.
Dalam data FAO Agricultural Outlook 2015 – 2024, disebutkan konsumsi minyak nabati dunia sebesar 175 juta ton pada 2015 dan terus meningkat hingga mencapai 210 juta ton pada 2024 seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia. Dari konsumsi tadi diperuntukkan sebanyak 80% minyak nabati duntuk kebutuhan pangan, 12% untuk bahan bakar, dan 8% kepentingan lainnya.
Produk kelapa sawit (CPO dan PKO) berkontribusi sebesar 62,54 juta ton atau 39% dari total produksi minyak nabati dunia (USDA, 2016). Dengan asumsi kontribusi kelapa sawit tetap setiap tahunnya, maka pada 2024 diperlukan sekitar 81,90 juta ton CPO dan PKO. (Qayuum Amri)