Makassar, SAWIT INDONESIA – Untuk mewujudkan industri sawit yang lestari dan berkelanjutan perlu didukung oleh sumberdaya manusia (SDM) yang kompeten, minimal memiliki keahlian dan keterampilan. Salah satunya melalui pelatihan petani sawit yang saat ini diikuti oleh pekebun sawit dari Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Ketua Tim Pokja Pengembangan Sumberdaya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit (SDM PKS) – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Ir. Darmansyah Basyaruddin, mengutarakan melalui pelatihan petani sawit program pengembangan sumberdaya manusia perkebunan kelapa sawit industri sawit lestari dan berkelanjutan dapat terwujud.
“Sesuai dengan data, ada 6 juta ha lebih lahan sawit yang dikelola oleh masyarakat (petani), dan saya tahu persis hampir 68% kebun sawit rakyat masih menggunakan bibit asalan. dari sisi produksi sangat rendah hanya 40 – 60% dari produksi normal. Ini adalah suatu kerugian,” ujarnya, saat memberikan sambutan di acara pembukaan pelatihan petani sawit, di Makassar, pada Kamis (24 Agustus 2023).
Oleh karena itu, lanjutnya, akan sangat bermanfaat jika petani sawit yang jumlahnya lebih dari 7 juta orang bisa dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan baik melalui pelatihan ataupun program pengembangan SDM lainnya.
“Pelatihan petani sawit, dengan skema pelatihan Penguatan Kelembagaan dan Teknis Budidaya Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit, yang kali ini diikuti 180 petani sawit dari Kabupaten Luwu Utara. Perlu dan terus dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas pekebun sawit agar dapat mendukung upaya pemerintah program hilirisasi,” imbuh Darmansyah.
Seperti diketahui, saat ini pemerintah sedang menggenjot program hilirisasi sebagai upaya untuk pemerataan kesejahteraan dan meningkatkan nilai tambah. Tak terkecuali hilirisasi di sektor industri kelapa sawit, yang masih berpotensi dikembangkan produknya melalui hilirisasi.
Dikatakan Darmansyah, pihaknya berharap pada peserta pelatihan petani sawit. Kesempatan yang ada dimanfaatkan dengan baik, agar mater-materi yang disampaikan instruktur dan narasumber bisa terserap dengan baik dan dapat disebarluaskan pada petani lainnya.
“Kami diminta untuk membantu BPDPKS dan Ditjen Perkebunan untuk mempersiapkan dan memastikan SDM kelapa sawit (pekebun) bisa ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya. Sejak 2007, Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia. untuk itu, mau tidak mau, suka dan tidak suka harus mewujudkan tata kelola industri kelapa sawit yang lestari dan berkelanjutan. Bahkan, ini sudah menjadi bagian dari tuntutan nasional dan global. Jadi, produk sawit yang dihasikan harus traceble supaya bisa diterima di pasar global terutama di pasar Eropa,” pungkasnya.
Hal senada disampaikan Eva Lizarmi, Tim Sekretariat Pengembangan SDM PKS, Ditjen Perkebunan. Pihaknya juga berharap agar peserta setelah pelatihan dapat menyampaikan ilmunya, kepada petani lain. Jangan disimpan sendiri ilmu melainkan disebarluaskan ke petani-petani sawit lainya.
“Karena ilmu yang disebarluaskan jauh lebih bermanfaat dibanding dipendam sendiri. Jadi, gunakan kesempatan (pelatihan) dengan baik dan serap ilmunya, kemudian sebarkan ilmunya,” ucap Eva.