PT Integrasia Utama tawarkan solusi pemetaan kebun dengan mengandalkan satelit optik. Mampu hingga mengontrol kesehatan tanaman.
Kemajuan teknologi yang pesat makin lama makin memudahkan manusia untuk melakukan aktifitasnya, tak terkecuali dalam dunia industri sawit. Kemajuan teknologi pada industri sawit tak hanya berkembang dalam sektor agrikulturnya, melainkan di berbagai sektor industri pendukungnya.
Salah satu teknologi yang cukup berkembang pesat dalam kaitannya dengan industri sawit adalah teknologi geospasial. Teknologi geospasial biasanya digunakan untuk pemetaan lahan kebun dalam masa persiapan lahan atau replanting. Bahkan kini, teknologi geospasial mampu bermanfaat untuk memantau kesehatan tanaman.
Inovasi tersebut dihadirkan beberapa tahun belakangan oleh PT Integrasia Utama yang bekerjasama dengan perusahaan Jerman Blackbridge dalam mengembangkan penggunaan satelit optik RapidEye. “Kami merupakan sole agent dari RapidEye, dan satelit ini memang dibuat dengan tujuan agar memberikan banyak informasi mengenai sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, dan lingkungan,” jelas Bayu Wedha, Managing Director PT Integrasia Utama.
RapidEye berkerja dengan menangkap panjang gelombang dari matahari yang dipantulkan oleh objek yang ingin diamati di bumi. Objek di bumi yang memantulkan panjang gelombang matahari ini yang kemudian diidentifikasi oleh RapidEye melalui skema warna Red, Green, Blue (RGB) ditambah infrared untuk mendapatkan citra geospasial yang diinginkan.
Dari citra yang dikumpulkan RapidEye tersebut, Integrasia Utama memberikan beragam solusi kebutuhan geospasial bagi industri sawit. Mulai dari pemetaan kebun dan infrastruktur, survey lapangan, analisis vegetasi, hingga kebutuhan lainnya yang salah satunya mampu digunakan untuk mengetahui kesehatan tanaman.
“Sensor RapidEye didesain untuk bekerja dan memahami gambaran kesehatan tanaman, jadi fokus RapidEye ini untuk memantau tanaman, agrikultur yang mampu memantau hal tersebut mampu berguna secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Jadi kami berfokus untuk aplikasi-aplikasi spesifik tersebut,”jelas James Durana, Regional Manager Asia Pacific BlackBridge.
Bayu menambahkan RapidEye akan sangat sensitif terhadap klorofil pada tanaman yang ditunjukan dengan warna hijau cerah dari panjang gelombang yang ditangkap. Untuk hasil yang maksimum, BlackBridge sendiri memiliki lima satelit RapidEye yang berotasi di orbit yang sama secara konstan yang membuat data yang dari RapidEye semakin valid dan cepat. Ditambah dengan kemampuan RapidEye untuk menghasilkan citra seluas 5 meter persegi perpiksel.
“Dari data yang diolah tersebut kita bisa tahu misalnya satu blok hamparan itu berapa persen klorofilnya, kepadatannya. Kita bilang blok ini 50%, blok ini 20%, dan dari sini kita bisa prediksi berapa hasil panen yang akan didapat. Jadi kita bisa prediksi terus makin sering kita ngambil prediksi kita makin tajam harusnya dan makin akurat,” kata Bayu.
Selain itu, menurut Bayu hasil data tersebut juga mampu membantu perusahaan perkebunan untuk merumuskan kebutuhan pupuk agar sesuai target dan lebih efisien serta efektif. Sebab, biaya aplikasi pupuk merupakan salah satu biaya terbesar yang biasa dikeluarkan perusahaan perkebunan. Sehingga tanaman yang sehat mampu diefisienkan penggunaannya, dan dioptimalkan pada tanaman yang tak memiliki klorofil banyak.