Musim Mas adalah perusahaan kelapa sawit pertama di Indonesia yang mendukung proyek pembangkit biogas skala besar. Dengan 9 unit sudah beroperasi dan 4 unit dalam tahap pembangunan, maka sampai akhir tahun ini, ditargetkan akan ada 13 unit Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Musim Mas yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan. PLTBg ini sebagai bukti dukungan Musim Mas kepada pengurangan emisi gas rumah kaca dan penyediaan listrik bersih.
Musim Mas memulai inisiatif POME Biogas – Power Generator atau dikenal Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) sawit pada 2009. Togar Sitanggang, Senior Manager Musim Mas menceritakan berdasarkan kajian awal nilai investasi biogas lumayan mahal sekitar 30% dari investasi satu pabrik kelapa sawit pada saat itu, meskipun demikian perusahaan tetap melanjutkan pembangunan pembangkit biogas pertama ini sebagai komitmen perusahaan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Menurut Togar Sitanggang, fasilitas pembangkit biogas dibutuhkan supaya akses listrik dapat terpenuhi selama 24 jam per hari bagi karyawan kebun. Sebelumnya, karyawan kebun hanya menikmati listrik selama 12 jam per hari yang dipasok dari diesel genset.
Pada 2010, Musim Mas menyelesaikan pembangunan fasilitas pembangkit biogas pertama yang berlokasi di Pelalawan, Riau. Fasilitas ini bisa menghasilkan daya listrik sebesar 2 megawatt (MW).
Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan, Musim Mas menargetkan seluruh pabrik kelapa sawitnya dilengkapi fasilitas pembangkit biogas. Pembangunan fasilitas pembangkit biogas dilakukan secara bertahap, pada 2012, 4 unit resmi beroperasi disusul tahun berikutnya sebanyak 3 unit dan pada 2014 perusahaan menambah lagi 1 unit fasilitas pembangkit biogas.
Sampai awal tahun ini, sudah ada 9 unit fasilitas pembangkit biogas yang dikelola Musim Mas. Total kapasitas listrik yang bisa dihasilkan sebesar 20 MW. Lokasi kesembilan unit fasilitas ini tersebar di Sumatera dan Kalimantan antara lain 1 unit di Sumatera Utara, 2 unit di Riau, 1 unit di Sumatera Barat, 1 unit di Sumatera Selatan, dan 4 unit lainnya berada di Kalimantan Tengah.
“Dengan beroperasinya 9 unit fasilitas pembangkit biogas sejak tahun 2014, menjadikan Musim Mas sebagai The Largest POME Biogas-Power Generator di industri kelapa sawit Indonesia sampai saat ini” ungkap Herman Tandinata, Deputy Production Director Musim Mas ketika bertemu SAWIT INDONESIA di kantornya yang berlokasi di Medan, Sumatera Utara, pada awal Maret.
Sumber tenaga listrik pembangkit biogas Musim Mas berasal dari gas metana yang dihasilkan dari limbah cair pabrik kelapa sawit. Jadi, limbah cair ini ditempatkan ke dalam kolam penampungan limbah berukuran kira-kira 160 m x 120 m. Kolam ini disebut kolam biodigester yang menyerupai kubah dan tertutup rapat dengan membrane HDPE (high density polyethylene). Tinggi kubah dari permukaan air limbah dapat mencapai 10 meter. Disinilah tempat pembentukan dan penyimpanan biogas. Dari kolam ini, biogas yang sebagian besar merupakan gas metana akan diproses dan disalurkan ke biogas engine sebagai sumber energi terbarukan untuk menghasilkan tenaga listrik.
“Indikator banyak sedikitnya biogas dapat dilihat dari ukuran kubah. Ketika sedang puncak maka kubah menggelembung penuh. Tapi kalau lagi sedikit, dia (kubah) kempes,” jelas Herman yang telah berkarir 25 tahun di industri kelapa sawit.
Berdasarkan laporan IPCC Assessment (2013) bahwa daya polusi yang dihasilkan gas metana adalah 34 kali lebih besar dari karbon dioksida (CO2). Gas metana dari limbah cair pabrik kelapa sawit berkontribusi 90% – 95 % dari total emisi yang dihasilkan dalam operasional pabrik kelapa sawit.
Pengolahan limbah cair sawit menjadi listrik menunjukkan rantai produksi minyak sawit Musim Mas bersifat zero waste (tanpa limbah). Menurut Togar Sitanggang, pembangkit biogas bermanfaat mengumpulkan gas metana dari limbah cair sawit yang dijadikan sumber listrik ramah lingkungan. Pengolahan limbah yang terintegrasi ini adalah solusi penurunan emisi gas karbon dalam kegiatan pabrik kelapa sawit.
“Dengan pembangunan pembangkit biogas, sebagian besar limbah ditransformasi menjadi energi bernilai guna yaitu energi listrik. Manfaat yang diberikan tidak saja kepada perusahaan melainkan masyarakat luas, karena daya listrik yang dihasilkan melebihi kebutuhan sendiri,” jelas Togar.
Dengan beroperasinya 9 pembangkit biogas ini, menurut Herman Tandinata, dapat menurunkan emisi karbon sekitar 250.000 – 300.000 ton karbon dioksida (CO2) ekuivalen per tahun. Jumlah ini setara dengan penghematan emisi dari 60.000 mobil dalam setahun (asumsi 1unit mobil mengeluarkan emisi 4,7 ton CO2 per tahun).
(Qayuum Amri/Ferrika Lukmana)
(Lebih lengkap baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 April-15 Mei 2016)