MEDAN, SAWIT INDONESIA — Program Studi Agribisnis IPB University, Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah sukses menyelenggarakan acara bedah dan diseminasi buku bertajuk “Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global Edisi Keempat” yang diselenggarakan di Aula Fakultas Keperawatan USU.
Acara Bedah Buku ini diikuti oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara maupun mahasiswa dari berbagai universitas sekitar seperti Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Medan.
Acara Bedah Buku ini dibuka dengan sambutan dari Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S (Dekan Fakultas Pertanian USU) dan Dr. Rulianda Purnomo Wibowo S.P., M.Ec (Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU).
Kedua perwakilan akademisi di kalangan Fakultas Pertanian USU mengungkapkan bahwa acara Bedah Buku ini merupakan acara yang penting bagi mahasiswa untuk semakin memahami industri sawit sekaligus dimanfaatkan sebagai memberikan masukan bagi perbaikan industri sawit di masa depan. Acara ini juga diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa dan akademisi USU dengan stakeholder sawit nasional untuk berkolaborasi memajukan industri sawit Indonesia yang semakin berkelanjutan.
Usulan kolaborasi tersebut juga disambut baik oleh Zaid Burhan Ibrahim selaku Direktur Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Risiko Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang turut hadir pada acara tersebut. Dalam keynote speech yang disampaikan Bapak Zaid Burhan menyebutkan bahwa BPDPKS memiliki program riset penelitian sawit yang dapat diikuti oleh akademisi maupun mahasiswa USU.
“Saya berpesan kepada mahasiswa USU yang mengikuti acara Bedah Buku untuk melakukan check and recheck atas isu/mitos sawit yang tersebar di sosial media. Diharapkan dengan membaca Buku Mitos Vs Fakta Edisi Keempat dan mengikuti kegiatan Bedah Buku ini, mahasiswa dapat menyebarkan informasi dasar dan nilai positif sawit di sosial media,” ujarnya.
Membuka sesi Bedah Buku, Dr. Ir. Tungkot Sipayung (Direktur Eksekutif PASPI) sebagai Ketua Tim Penyusun Buku Mitos Vs Fakta Sawit Edisi Keempat mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi raja minyak sawit dunia sekaligus raja minyak nabati dunia. Posisi tersebut membuat Indonesia menjadi pusat perhatian dunia. Dampak dari perhatian tersebut ada yang positif, namun juga ada yang negatif.
“Bentuk kampanye negatif tersebut ditunjukkan dengan penyebaran mitos-mitos sawit. Kehadiran Buku Mitos Vs Fakta Edisi Keempat tersebut untuk membantah mitos melalui penyampaian fakta berbasis data dan studi empiris,” urainya.
Acara ini juga melibatkan akademisi sebagai pembedah buku, yakni Ir. Diana Chalil M.Si., Ph.D (Ketua Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian USU); Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P (Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian USU); dan Dr. Iman Arman, S.P., M.M (Ketua Jurusan Perkebunan di POLBANGTAN Medan).
Para akademisi pembedah juga turut mengapresiasi dengan diterbitkannya Buku Mitos Fakta Sawit Edisi Keempat yang dapat dijadikan sebagai bahan edukasi dan literasi scientific-based bagi mahasiswa dan akademisi serta dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan dan praktisi. Selain memberikan apresiasi, akademisi juga turut memberikan masukan terkait isu-isu yang dapat dibahas lebih komprehensif untuk updating buku selanjutnya. Hal ini sesuai dengan tujuan dari kegiatan Bedah Buku Mitos Vs Fakta Sawit untuk menghimpun masukan atau isu sawit dari kalangan akademisi.
Menutup acara Bedah Buku Mitos Vs Fakta Sawit Edisi Keempat di Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec (Dewan Pembina PASPI) memberikan closing remarks dengan menceritakan sejarah perkembangan sawit Indonesia yang revolusioner dan dimulai dari perkebunan sawit di daerah Sumatera Bagian Utara (saat ini Sumatera Utara dan Aceh). Pertumbuhan sawit Indonesia yang revolusioner karena partisipasi petani sawit rakyat yang mengandalkan inisiatif dan modal sendiri dalam sistem on farm perkebunan sawit. Dan hingga hari ini, perkembangan industri sawit nasional semakin signifikan hingga mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia di masa krisis ekonomi seperti yang terjadi tahun 1998, 2008, dan 2013/2014.
Dalam closing remarks tersebut, Menteri Pertanian Republik Indonesia era Reformasi juga berpesan kepada stakeholder sawit nasional dan pelaku industri untuk mengembangkan industri sawit yang mengadopsi konsep relative sustainability, bukan absolute sustainability yang merupakan pemberian orang lain dengan persyaratan yang dibuat sulit dilompati.