Jakarta, SAWIT INDONESIA – Pabrik minyak makan merah yang dua bulan lalu diresmikan Presiden Jokowi di Pagar Merbau, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) ternyata hingga saat ini belum juga beroperasi. Pabrik ini merupakan kerja sama antara Koperasi Pujakesuma dengan PTPN II. Pabrik ini merupakan satu dari tiga pilot project Minyak Makan Merah yang bekerja sama dengan PTPN.
Tidak beroperasinya pabrik Pagar Merbau diketahui saat kunjungan petani dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKSINDO), Kamis (23 Mei 2024). Saat itu, petani bermaksud belajar proses pembuatan minyak makan merah yang pertama kali berdiri di Indonesia ini.
Siswanto, Petani sawit yang terbang dari Morowali Utara, agak kecewa begitu mengetahui pabrik minyak makan merah belum beroperasi.”Kecewa juga melihat pabrik ini baru tahapan commissioning. Tak ada aktivitas produksi,” keluhnya.
Ketua Koperasi Pujakesuma Sumut Oktrigana Wirian mengungkapkan alasan pabrik belum berjalan lantaran kesulitannya memperoleh bahan kimia untuk produksi.
“Iya memang belum jalan. Karena ternyata bahan kimia untuk menganilisi minyak makan merah itu harus inden,” ujar Oktrin saat dimintai konfirmasi, Jumat (24/5/2024).
Dia menambahkan, fungsi bahan kimia tersebut sangat penting mengetahui kualitas minyak makan merah yang sudah diproduksi.
“Itu semacam untuk quality control-lah. Sebelumnya memang sudah berproduksi namun tanpa bahan kimia itu. Ternyata, kata PPKS harus ada bahan kimia itu untuk menguji sample dan lain-lain,” terang Oktrin.
Namun, dia mengaku tidak hafal satu per satu bahan kimia yang dimaksud. “Saya lupa. Tapi ada beberapa item. Dan itu memang beberapa harus impor,” jelasnya.
Meski demikian, Oktrin mengatakan pabrik minyak makan merah yang dikelola bersama PTPN II akan beroperasi setidaknya Senin, 27 Mei besok.
“Kalau bisa cepat, Senin bisa main mudah-mudahan,” katanya.
Oktrin juga mengungkapkan jika nantinya pabrik minyak makan merah itu akan berkapasitas 10 ton CPO per hari. Untuk harganya, kata dia, akan dibanderol Rp20.000 per liter yang semula hanya diperkirakan Rp15.000 per liter.
“Karena ternyata bahan kimianya sulit dan kapasitasnya hanya 10 ton, kita akhirnya akan menghargai minyak makan merah Rp20.000 per liter,” tuturnya.
Oktrin menyebutkan, produk minyak makan merah tersebut akan dipasarkan lewat 4 saluran. Pertama untuk masyarakat di tiga kecamatan yang sudah direkayasa sosial oleh Universitas Sumatera Utara yakni Lubuk Pakam, Tanjung Merawa dan Pagar Merwa. Kedua, untuk anggota koperasi Pujakesuma. Ketiga, bekerja sama dengan pihak swasta. Keempat, bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk bantuan sosial.
“Di samping itu, sudah ada pembicaraan dengan pihak BUMN dalam hal ini Holding PTPN untuk menyerap minyak makan merah. Meski belum ada pembicaraan lebih lanjut soal ini,” terang Oktrin.