Dengan strategi tepat dosis dan tepat aplikasi, PT Sumber Subur Sejati optimis pupuk NPK Sawitree dapat diterima pelaku perkebunan sawit. Memiliki pola pelepasan berkala sehingga menjamin keberadaan asupan nutrisi cukup bagi tanaman.
Dari tahun ke tahun, kebutuhan pelaku sawit terhadap pupuk tunggal diperkirakan semakin menurun yang selanjutnya digantikan oleh pupuk majemuk atau NPK. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan pupuk NPK diperkirakan dapat mencapai 16 juta ton pada 2025. Jumlah ini meningkat 300% dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 5 juta ton. Besarnya kebutuhan pupuk NPK belum dapat dipenuhi seluruhnya dari pupuk NPK di dalam negeri, maka kondisi inilah yang mendorong masuknya pupuk impor.
Ceruk pasar NPK yang sangat menggiurkan ini dipahami oleh PT Sumber Subur Sejati, selaku produsen pupuk NPK. Mulai produksi dari 2010, perusahaan yang sebelumnya bernama PT Batu Penggal Chemical Industry ini, menghasilkan produk NPK bernama Sawitree. Sesuai dengan namanya, pupuk ini secara khusus ditujukan memenuhi unsur hara makro primer dan sekunder yang dibutuhkan tanaman sawit. Pupuk ini telah terdaftar, baik di Kementerian Pertanian RI No. T9466/Deptan-PPI/IX/2009 maupun sebagai pupuk yang memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI).
Vready Roeslim, Vice Director PT Sumber Subur Sejati, mengatakan pupuk dibuat untuk mengoptimalkan pemberian unsur hara kepada tanaman. Berdasarkan penelitian, diperkirakan sebagian besar pupuk tabur yang diaplikasikan hilang dan tidak terserap tanaman akibat penguapan maupun erosi (Literatur 1). Misalkan, untuk memenuhi kebutuhan tanaman satu kilogram pupuk diperlukan pupuk tabur sebanyak sampai dengan 3 kilogram.
Di dalam NPK Sawitree, terdapat unsur hara yang berupa Nitrogen, Phospor dan Kalium. Jenis NPK yang dijual ke pasaran mempunyai formula kebutuhan pembeli. Untuk formula yang komposisinya (N-15, P-15, K-15, Mg-1, Ca-3) yang dipergunakan bagi tanaman muda. Kandungan ini dibutuhkan bagi tanaman diawal masa perkembangan vegetatif dan pembentukan fotosintesa daun akan maksimal.
Sementara itu, komposisi NPK Sawitree (N-12, P-10, K-24, Mg-4, Ca-3) bermanfaat bagi tanaman yang memerlukan kandungan kalium dalam jumlah tinggi dan dalam masa produktivitas. Bagi tanaman di lahan gambut, NPK Sawitree dengan kandungan ini dapat diaplikasikan yang ditambah dengan kandungan unsur hara mikro (seperti Boron, Zn, dan Magnesium.) seperti (B)oron/tembaga, (Cu)pper/tembaga, (Fe)rrum/besi, (Mn)/mangan dan (Zn)/seng.
NPK Sawitree berbentuk batang atau stik yang metode pembuatannya dilakukan dengan menambahkan additive yang berfungsi membuat pelepasan hara secara perlahan-lahan selama jangka waktu enam bulan. Sifat slow release inilah yang menjadi keunggulan NPK Sawitree yang pabrikannya berlokasi di Samarinda.
Vready Roeslim mengakui tidak mudah menembus pangsa pasar pupuk NPK di Indonesia walaupun permintaannya tinggi. Terlebih lagi, hal ini menyangkut kebiasaan yang sudah menahun dan pola pikir bahwa aplikasi menabur lebih mudah dilakukan. Padahal dalam setahun frekuensi aplikasi tabur lebih banyak, yaitu 3-4 kali. Untuk itulah, strategi pemasaran NPK Sawitree mengenalkan moto tepat dosis dan tepat aplikasi.
Tepat dosis dalam hal ini mendapatkan hasil sama dengan NPK tabur dengan cukup memakai 1/3 dari dosis NPK tabur yang dipakai. Apabila tidak ada pupuk tabur pembanding maka 6 batang per semester per pohon sudah mencukupi, untuk Tanaman Belum Menghasilkan. Menurut Vready Roeslim, pemupukan dengan pupuk tabur tidak bisa dilakukan di musim hujan, namun NPK Sawitree tetap dapat diberikan kepada tanaman di musim hujan. Sehingga mendorong pemakaian tenaga kerja yang lebih efisien karena setiap minggu minimal ada hujan satu kali.
Manfaat lainnya, NPK Sawitree dapat bertahan dalam enam bulan sambil melepaskan unsur hara secara bertahap. Alhasil, ketersediaan unsur hara selama enam bulan tetap terjaga pada tanaman.
Aplikasi NPK Sawitree mudah dilakukan kalangan pekebun. Caranya, pekebun membuat lubang berkedalaman 15-20 cm yang jarak dari pokok 2/3 panjang pelepah terluar. Lokasi lubang berada di piringan tanaman. Oleh karena itu, gulma di sekitar piringan haruslah dibersihkan sebelum pemupukan.
Dalam satu piringan terdapat empat lubang pupuk. Satu lubang akan diberikan satu sampai dua stik NPK Sawitree. Dalam satu tahun, pemupukan dilakukan setahun dua kali dengan jarak enam bulan sekali untuk pemupukan. Dapat dikatakan, pupuk ini bersifat ekonomis yang menghemat pemakaian pupuk sampai 1/3 dari berat pupuk tabur dengan hasil sama.
Menurut Vready Roeslim, aplikasi pupuk NPK Sawitree mudah dikontrol dosisnya karena dapat dilihat apakah sudah diberikan kepada tanaman sesuai rekomendasi. Berbeda dengan pupuk tabur yang sulit diketahui apakah sudah diaplikasikan atau belum.
“Keuntungannya kegiatan pengawasan menjadi mudah dan pegawai lebih disiplin. Lalu, kehilangan pupuk dapat ditekan. Mengingat biaya pemupukan itu sangat tinggi dengan begitu kami harapkan budget tepat guna,” paparnya.
Manajemen Pemupukan adalah satu bagian dalam keseluruhan manajemen kebun. Masih ada aspek pembibitan, pemeliharaan dan panen, disamping faktor spesifik yaitu keadaan lahan (land). “Kalau dibagian ini sudah oke, diharapkan kendala untuk mencapai produktivitas kebun yang tinggi semakin berkurang,” ujarnya.
Promosi pupuk terfokus secara langsung kepada perusahaan sawit. Pola yang dilakukan, kata Vready Roeslim, mendekati perusahaan sawit dengan melihat permasalahan yang mereka hadapi. Lalu, akan diberikan solusi guna membantu mereka. Untuk saat ini, wilayah Kalimantan tetap menjadi bidikan utama penjualan NPK Sawitree.“Kita sedang scale up produksi, targetnya sampai 20.000 ton/a hingga akhir 2015,” jawabnya sambil tersenyum ketika ditanya kapasitas produksi terpasang. (Qayuum Amri)