JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Analisis terbaru Palm Oil Monitor memuat judul “Why Is Norway Secretly Funding Attacks Against President Jokowi’s Omnibus Law?” yang dipublikasikan pada 13 Oktober 2020. Laporan ini menganalisis keterkaitan Mighty Earth, Waxman Strategies dengan Norwegian Agency for Development (NORAD). Korelasi ini menunjukkan upaya menekan industri kelapa sawit dengan kampanye deforestasi. Juga menyasar Omnibus Law yang digagas pemerintah Jokowi.
Adalah Mighty Earth, organisasi lingkungan hidup yang berbasis di Amerika Serikat, sangat aktif menekan rencana terbitnya UU Cipta Kerja melalui serangkaian kampanye di media termasuk kepada publik.
Dalam rilisnya pada 5 Oktober 2020, Mighty Earth meminta Presiden Jokowi untuk menunda pengesahan Omnibus Law. Alasannya, regulasi ini melegitimasi deforestasi dan menghancurkan kelestarian lingkungan hidup akibat kebijakan yang dinilai pro investasi.
Lalu apa keterkaitan antara kampanye deforestasi sawit, Mighty Earth, Norwegia dan Omnibus Law? situs Waxman Strategies menjelaskan bahwa Waxman Strategies menerima dana hibah termasuk untuk mendukung kampanye Mighty Earth. Dana ini bersumber dari Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), sebuah direktorat di bawah Kementerian Luar Negeri Norwegia.
Waxman Strategies sebagai firma lobbying dan komunikasi publik terdaftar sebagai lembaga berada dalam The Foreign Agents Registration Act (FARA) atau UU Pendaftaran Agen Asing yang diterbitkan 1938. Dalam Regulasi ini mewajibkan firma/lembaga yang mewakili kepentingan kekuatan asing dalam “kapasitas politik atau kuasi-politik” untuk mengungkapkan hubungan mereka dengan pemerintah asing dan informasi tentang aktivitas dan keuangan terkait.
Dari UU tadi, terdapat data bantuan dana dan tujuan kampanye yang disasar Mighty Earth melalui pendanaan NORAD, direktorat resmi pemerintah Norwegia.
Dalam Laporan FARA, Waxman Strategies yang didirikan Henry Waxman, mantan anggota kongres, bekerja untuk memengaruhi korporasi dalam penggunaan sumber produk alam terutama kelapa sawit melalui media dan kampanye kesadaran publik. Salah satunya menggunakan situs mightyearth.org. Nama-nama tim Mighty Earth juga tercantum dalam laporan FARA ini antara lain Mark Hays (Senior Director), Phelim Kyne (Senior Director), Philip Aikman (Campaign Director).
Dana yang digelontorkan untuk kebijakan biofuel bebas deforestasi sebesar US$194,508.4. Sementara itu, kegiatan memengaruhi tata kelola pemerintah/korparasi untuk praktik no deforestasi sawit mencapai US$ 219,087.1. Selain itu, sumber dana lainnya diperoleh Mighty Earth dari European Federation for Transport and Environment, the Center for International Policy, AidEnvironment, and National Wildlife Federation dari hibah the Norwegian Agency for Development Cooperation.
Mighty Earth telah menyangkal artikel yang ditulis Palm Oil Monitor. Dengan argumen mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi deforestasi yang terkait dengan industri kelapa sawit.
Kendati demikian, dalam berbagai kampanye Mighty Earth merugikan posisi Indonesia sebagian produsen utama sawit.Saat ini, pemerintah Indonesia mengupayakan implementasi prinsip SDG’s. Melalui kelapa sawit, prinsip 3p yaitu people, planet, dan profit dapat tercapai. Tetapi, kampanye anti sawit Mighty Earth menghambat upaya ini.
Norwegia bukanlah konsumen utama minyak sawit. Impor minyak sawit ke negara ini tidak sebesar Belanda, Italia, dan Jerman.
Lalu, kenapa negara ini rutin tebar duit ke NGO global seperti Rainforest Foundation Norway dan Mighty Earth. Target utamanya mendanai kampanye anti sawit dengan memakai isu deforestasi dan lingkungan hidup.
Negara beribukota Oslo ini termasuk produsen besar minyak bumi yang termasuk bisnis ekstraktif. Ataukah Norwegia khawatir bisnis minyak buminya akan tersaingi gagasan besar minyak sawit untuk dijadikan bahan bakar kendaraan. Apalagi, Indonesia mempunyai rencana untuk mensubstitusi minyak fosil dengan saiwt. Tidak menutup kemungkinan adanya motif ini.