• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Kamis, 2 Februari 2023
Trending
  • DLHK Riau Minta Perusahaan Siaga Karhutla
  • Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, Sebagai Bentuk Komitmen Provinsi Sumatera Barat
  • Ibu Negara dan Oase-KIM Dukung Penguatan Pangan Nasional
  • GAPKI Bermanfaat Untuk Semua
  • Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT 2022 Lebihi Target
  • Akibat Banjir Panen TBS Tertunda
  • Gunakan BSF, Korindo Fasilitasi Pengolahan Limbah Organik Pertama di Indonesia
  • Era Baru BBN, Indonesia Siap Implementasikan B35
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Nilai Tukar Petani Kebun Anjlok, Pemerintah Minim Tindakan
Berita Terbaru

Nilai Tukar Petani Kebun Anjlok, Pemerintah Minim Tindakan

By RedaksiAgustus 27, 20152 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Melemahnya harga komoditas berdampak negatif kepada Nilai Tukar Petani (NTP) sektor perkebunan. INDEF mencatat penurunan NTP terjadi di semua sektor pertanian baik di sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, peternakan, maupun perikanan.

Dibandingkan dengan posisi bulan Oktober 2014 saat pemerintahan baru dilantik posisi NTP pada bulan Juli 2015 adalah sebagai berikut: tanaman pangan turun dari 98,14 menjadi 97,29; hortikultura dari 103,22 menjadi 100,97; perkebunan rakyat turun dari 101,23 menjadi 97,78; peternakan turun dari 108,56 menjadi 107,29; perikanan turun dari 103,61 menjadi 102,27.

Baca juga :   Erick Thohir: Pabrik Minyak Makan Merah Sejahterakan Petani Sawit

Dari data tersebut perkebunan rakyat menjadi sektor yang mengalami penurunan NTP paling tinggi. Anjloknya harga komoditas global seperti kopi, kakao, karet, dan sawit merupakan faktor utama, karena komoditas-komoditas tersebut mayoritas dimiliki petani rakyat.

“Iya, jadi yang turun itu kebetulan mayoritas perkebunan rakyat. Pertama yang hancur harganya adalah karet 85 persen, kopi 90 persen, kakao 95 persen rakyat, sawit hanya 41 persen tapi meskipun turun tapi turunnya tidak seberapa,” jelas Bustanul Ekonom Pertanian Institute of Development Economic and Finance (INDEF), ketika ditemui dalam acara konferensi pers bertajuk “Indikator Kesejahteraan Memburuk” pada Senin (24/8).

Baca juga :   Aprobi Jamin Pasokan Biodiesel Untuk Mandatori B35

Bustanul menambahkan selain anjloknya harga komoditas, penurunan NTP juga turut disebabkan kondisi ekonomi dimana nilai tukar rupiah yang sedang melemah ditambah tingginya tingkat inflasi sehingga menurunkan daya beli masyarakat.

“Secara konsep memang masih mampu dipermasalahkan soal NTP ini, tapi saat ini indeks NTP mampu dijadikan indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat,” kata Bustanul Arifin,

Enny Sri Hartati, Ekonom Indef menilai program Nawacita dari pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) sangatlah buruk, bahkan semakin kontradiktif. Hal itu disebabkan kinerja ekonomi pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sepanjang semester I-2015 ini belum terlihat dengan jelas.

Baca juga :   Rapat Koordinasi Tahun 2023 Bersama 43 Cabang, Memperbaiki Sektor Pangan

“Kembali melambat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 bagi target kesejahteraan sosial dan ekonomi. Upah riil buruh tani turun, jumlah pengangguran dan kemiskinan yang semakin besar, jurang ketimpangan yang cenderung melebar, sehingga tergerusnya berbagai indikator fundamental perekonomian yang membuat gejolak ekonomi global defisit,” kata Enny. (Anggar Septiadi)

Related posts:

  1. Triwulan Ketiga, DSN Grup Cetak Laba Bersih Rp 521,5 miliar
  2. Derom Bangun Pimpin DMSI
  3. Inilah Jajaran Direksi Badan Pengelola CPO Fund
  4. Anggota DPR Usulkan RUU Perlindungan Sawit
kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

DLHK Riau Minta Perusahaan Siaga Karhutla

59 menit ago Berita Terbaru

Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, Sebagai Bentuk Komitmen Provinsi Sumatera Barat

2 jam ago Berita Terbaru

Ibu Negara dan Oase-KIM Dukung Penguatan Pangan Nasional

3 jam ago Berita Terbaru

Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT 2022 Lebihi Target

5 jam ago Berita Terbaru

Akibat Banjir Panen TBS Tertunda

6 jam ago Berita Terbaru

Gunakan BSF, Korindo Fasilitasi Pengolahan Limbah Organik Pertama di Indonesia

6 jam ago Berita Terbaru

Era Baru BBN, Indonesia Siap Implementasikan B35

7 jam ago Berita Terbaru

Gaikindo: Bahan Bakar B35 Sebaiknya Sesuai Standar Emisi Euro 4

7 jam ago Berita Terbaru

BGA Group dan BKSDA Bekerjasama Dalam Pelepasliaran Owa Kalimantan

20 jam ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru
Edisi Terbaru

Cover Majalah Sawit Indonesia, Edisi 135

Redaksi SI3 hari ago1 Min Read
Event
Event

Talkshow Sawit Indonesia Award 2022

Redaksi2 bulan ago1 Min Read
Latest Post

DLHK Riau Minta Perusahaan Siaga Karhutla

59 menit ago

Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, Sebagai Bentuk Komitmen Provinsi Sumatera Barat

2 jam ago

Ibu Negara dan Oase-KIM Dukung Penguatan Pangan Nasional

3 jam ago

GAPKI Bermanfaat Untuk Semua

4 jam ago

Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT 2022 Lebihi Target

5 jam ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version