Masyarakat Peduli Api (MPA) Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah bertekad terus melindungi hutan di wilayah desanya yang berada di sekitar perbukitan selatan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dari ancaman kebakaran.
“Faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Bayat adalah dari warga sendiri. Sudah diminta untuk tidak membakar daun jati kering di hutan tapi nekat,” terang Wawan Hariyanto anggota MPA Bayat saat dikunjungi oleh Tim dari Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL).
Wawan menyebut musim daun jati berguguran menjadi salah satu penanda rawan kebakaran. Dalam catatannya Kecamatan Bayat menjadi daerah rawan karena memiliki sejumlah hutan di beberapa wilayah seperti di Desa Paseban, Tegalrejo, Krikilan, Kebon, Jotangan, Gunung Gajah, Krakitan dan Talang
“Rata-rata tegakan di hutan wilayah Kecamatan Bayat adalah tanaman jati sehingga kita mulai waspada musim gugur daun. Jika musim kemarau daun jati rawan terbakar dan ini kita mulai patroli untuk mengantisipasi kebakaran,” lanjutnya.
Pada tahun 2019, terjadi enam kali kejadian karhutla yang merenggut dua korban jiwa. Selain enam kejadian karhutla yang besar tersebut, ada beberapa kali kejadian karhutla yang kecil yang bisa ditangani dengan cepat oleh MPA Bayat.
Ketua MPA Bayat, Suroso, menerangkan MPA Bayat dibentuk berawal dari keprihatinan warga akan kejadian karhutla yang terjadi hampir setiap tahun di wilayah Kecamatan Bayat. MPA Bayat pada awalnya dibentuk pada tahun 2018 yang beranggotakan 30 personil dari berbagai wilayah di Kabupaten Klaten dengan berbagai latar belakang pekerjaan.
“Pada awalnya, sebelum terbentuknya MPA Bayat, ketika melakukan pemadaman kami tidak saling mengenal, namun setelah terbentuknya MPA Bayat kami mulai terorganisir dalam melakukan pemadaman di wilayah Klaten,” jelas Suroso.
Soroso juga menerangkan kegiatan MPA Bayat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemadaman saja, namun juga kegiatan patroli, sosialisasi, dan membantu pemusalaraan yang terjadi di Kabupaten Klaten.
“Pada permulaan pandemi Covid-19, anggota MPA Bayat juga banyak yang bergabung dengan Tim Kubur Cepat untuk saudara-saudara kita yang meninggal akibat Covid-19,” jelas Suroso.
Pada kesempatan tersebut, Suroso mengeluhkan masih minimnya peralatan pemadaman dan mobilisasi. Alat pemadam hanya terbatas pada gepyok saja yang menyebabkan terkendalanya MPA Bayat dalam melakukan kegiatan pencegahan dan pemadaman karhutla. Dalam keterbatasan tersebut namun dengan tekad dan semangat kuat dalam menjaga hutan dari kebakarn, salah satu tokoh penting anggota MPA Bayat, Wawan Hariyanto berhasil memperoleh Apresiasi Wana Lestari tingkat nasional tahun 2021 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id