JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Perkebunan sawit rakyat semakin tidak terawat karena biaya produksi lebih tinggi dibandingkan harga TBS sawit. Kegiatan pemupukan tak lagi sesuai 5T ( Tepat jenis, Tepat dosis, Tepat waktu, Tepat tempat, dan Tepat cara) akan berdampak kepada produktivitas sawit.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Dr. Gulat Manurung, MP.,C.IMA,C.APO menjelaskan anjloknya harga CPO saat ini bukan mutlak karena EUDR, karena EUDR itu belum operasional. Namun diakibatkan oleh isu yang dipermainkan oleh spekulan pasar CPO sebingga pasar menjadi lesu dan kesempatan ini langsung dimanfaatkan oleh spekulan untuk mengambil untung besar.
Akibat dari spekulan isu dan politik dagang ini, dikatakan Gulat, petani sawit sudah terkapar karena harga TBS petani menjadi “tumbal” nya dan ini masa-masa sulit bagi petani.
Terkhusus dalam kondisi keterpurukan kami saat ini dimana harga TBS sudah amblas di harga Rp1.450/kg, ambruk 50% dari harga normal.
“Hari ini (31/5) adalah harga tender CPO di KPBN Rp9.924/kg terendah sejak larangan ekspor April tahun lalu dan harga TBS petani, terkhusus petani swadaya (harga TBS nya harian) langsung ambruk rerata Rp100-200/kg. Hal ini telah membuat 17 juta petani sawit dan pekerja sawit terkejut. Karena disaat sedang berlangsungnya diplomasi delegasi Indonesia dan Malaysia di Brussels justru harga TBS petani semakin ambruk” urai Gulat.
Menurut Gulat, kenaikan harga pupuk mengakibatkan satu kilogram TBS sudah Rp2.150. Imbas lainnya adalah biaya tenaga kerja tak mampu dibayar. Akibatnya banyak pekerja kebun rakyat yang keluar dari kebun dan mencari pekerjaan ke perkotaan. Praktis kebun petani sudah mulai ditelantarkan atau tidak dipanen karena tak mampu bayar ongkos panen. Kalau pemupukan jangan ditanya lagi karena sejak April tahun lalu petani sawit pada umumnya sudah berhenti memupuk karena keterpurukan harga TBS. Disaat bersamaan harga pupuk melonjak hampir 300%.
Apabila pupuk terus tinggi, Apkasindo memperkirakan produktivitas sawit di Tanah Air akan turun sampai 15 persen pada tahun ini. Gulat mengharapkan pemerintah berlaku adil kepada petani sawit dengan memberikan bantuan pupuk subsidi kepada petani sawit.
“Saat ini waktu yang tepat bagi Indonesia untuk mengevaluasi semua peraturan yang dibebankan ke hulu-hilir sawit yang justru melemahkan posisi kita dan menunjukkan kita tidak kompak,” pungkas Gulat