Penulis : Hari Priwiratama, S.P.*
1.Pendahuluan
Serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, fitoplasma, atau nematoda merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya kelapa sawit di berbagai sentra industri minyak sawit di dunia (Corley & Tinker, 2003). Di Asia Tenggara, penyakit utama yang umum dijumpai di perkebunan kelapa sawit di Indonesia, Malaysia, dan Thailand adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma boninense (Idris, 2009; Susanto, 2013; Pornsuriya et al., 2013). Penyakit BPB telah menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi di ketiga wilayah tersebut.
Selain BPB, keberadaan penyakit-penyakit minor juga turut mengancam kelangsungan perkebunan kelapa sawit. Sejak tahun 2010, beberapa penyakit baru mulai dilaporkan menyerang kelapa sawit, di antaranya penyakit busuk pupus dan penyakit busuk pelepah (Priwiratama & Susanto, 2013; Simanjuntak & Susanto, 2013). Meskipun tergolong dalam penyakit minor, namun intensitas serangan penyakit tersebut dilaporkan terus meningkat dan dikhawatirkan menjadi endemik bila tidak ditangani dengan baik.
Di Kabupaten Langkat, baru-baru ini dijumpai serangan penyakit dengan gejala yang tidak pernah dilaporkan sebelumnya. Penyakit ini menyerang tanaman kelapa sawit belum menghasilkan dengan laju infeksi yang cukup cepat. Oleh karena itu, evaluasi terhadap penyakit ini dilakukan untuk menekan perkembangan dan penyebarannya di lapangan.
2. Metodologi
Tanaman kelapa sawit yang dievaluasi adalah tanaman pada tahun tanam 2012 salah satu perkebunan kelapa sawit Kabupaten Langkat, Sumatera Utara seluas 248 hektar. Kegiatan evaluasi serangan penyakit baru ini terdiri dari dua tahap, yaitu pengumpulan data sekunder dan observasi lapangan. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data sensus penyakit. Selanjutnya, observasi lapangan dilakukan untuk melihat kondisi tanaman terserang dan mengevaluasi kesesuaian tindakan pengendalian yang telah dilakukan.
3. Hasil Evaluasi
3.1. Blok Evaluasi
Tanaman kelapa sawit TT 2012 yang diamati terdiri dari 11 (sebelas) blok dengan total luasan 248 ha (Tabel 1). Berdasarkan data sensus yang telah dilakukan, total luas serangan penyakit adalah 25.90 ha atau sekitar 10.4% dari luas blok yang dievaluasi.
(Lebih lengkap baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi Juni-Juli 2015)