Permintaan traktor tahun ini diperkirakan tidak akan meningkat signifikan akibat turunnya harga CPO di pasar global, semenjak kuartal keempat tahun kemarin. Namun, perusahaan distributir dan agen traktor tetap optimis kebutuhan perkebunan sawit akan tetap tumbuh. Ini terbukti dari rencana mereka yang akan mengeluarkan produk traktor terbaru seperti traktor mini.
Akhir tahun kemarin, dapat dikatakan merupakan tahun ujian bagi pengusaha kelapa sawit nasional. Trend harga CPO yang tinggi di awal tahun ternyata mesti menerima pil pahit di penghujung 2012, akibat penurunan harga komoditas di pasar dunia. Akibatnya, pendapatan ataupun laba perusahaan sawit diperkirakan akan tergerus dibandingkan tahun sebelumnya. Hal inilah yang membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam mengalokasikan belanja modalnya di tahun ini untuk pembangunan kebun dan pabrik .
Hairuddin Halim, Direktur Marketing PT Altrak 1978, mengakui penurunan permintaan traktor mulai terjadi pada kuartal empat tahun lalu akibat turunnya harga CPO dan sulitnya mendapatkan pinjaman perbankan. Faktor penyebab lainnya adalah moratorium lahan sawit dan konflik lahan dengan masyarakat. Kondisi ini yang membuat banyak perusahaan menunggu kepastian lahan terutama aspek izin dan hukum.
Meihardi, Direktu PT Satrindo Mitra Utama, mengkalkulasi dengan penambahan lahan baru kelapa sawit berkisar 150 ribu hektare per tahun, dimana satu unit traktor dapat melayani 500 ha. Artinya Total kebutuhan traktor dari perkebunan sawit sekitar 300 unit per tahun, inipun belum termasuk penggantian traktor baru. Sementara, total kebutuhan traktor untuk seluruh sektor bisnis berkisar 2.000-2.300 unit per tahun.
Biasanya, permintaan traktor akan mulai meningkat ketika akan memasuki bulan Oktober sampai Desember akibat hujan yang terjadi di perkebunan. Arie Abdulrachman, General Manager PT Satrindo Mitra Utama, menjelaskan berdasarkan pengalamannya sewaktu musim hujan tiba perusahaan lebih senang memakai traktor untuk membawa hasil panen ke pabrik, dibandingkan menggunakan truk. Dengan pertimbangan, traktor lebih tangguh dan kuat di lahan yang basah, selain tidak akan merusak jalan di kebun.
Sikap optimis ditunjukkan beberapa perusahaan distributor traktor bahwa penjualan tetap tumbuh di tahun ini. Arlimda Arkeman, Country Manager PT Agrisarana Jaya Perkasa, menargetkan penjualan tahun ini dapat tumbuh sekitar 20% dari tahun kemarin karena pelaku usaha sawit telah mengenal traktor Landini dan Yanmar. Untuk itulah, perusahaan akan terfokus kepada penjualan di wilayah Kalimantan yang kontribusinya cukup tinggi terhadap penjualan traktor perusahaan.
Leffi Haprianto, Marketing Manager PT Gaya Makmur Tractors, mengutarakan perusahaan berupaya menaikkan pangsa pasarnya menjadi 8% pada tahun ini, dari sebelumnya 5%. Target ini dinilai cukup realistis karena traktor Foton merupakan produk baru di Indonesia. Kendati new player, perusahaan tidak gentar berhadapan dengan produk traktor lainnya dari Amerika Serikat Jepang, dan Eropa.
Strategi perusahaan, kata Leffi, akan mengoptimalkan dukungan servis baik itu dari mekanik dan suku cadang. Langkah ini diambil karena konsumen masih khawatir dengan kualitas produk asal Cina. Itu sebabnya, perusahaan telah menyiapkan 100 tenaga mekanik yang siap melayani permintaan konsumen. Selain dilengkapi pula dengan delapan kantor cabang di Indonesia antara lain Medan, Pekanbaru, Palembang, Balikpapan, Tarakan, Banjarmasin, Batam, dan Makasar.
Untuk tahun ini, pelaku usaha sawit menilai rendahnya harga komoditas dan masih banyaknya hambatan dari aspek regulasi seperti tata ruang dan moratorium akan menekan perluasan lahan di daerah. Joko Supriyono, Sekjen GAPKI, mengatakan semenjak moratorium diberlakukan dua tahun lalu perluasan lahan tidak dapat melebihi angka 400 ribu hektare per tahun. Untuk itulah, pihaknya meminta pemerintah mencabut keputusan moratorium seperti lahan gambut yang layak untuk dikelola sebagai perkebunan.
Sebagai contoh, PT BW Plantation Tbk berencana mengalokasikan belanja modal Rp 1 triliun untuk kegiatan pembangunan pabrik, penanaman lahan dan perawatan kebun. Tahun ini, perusahaan akan membangun pabrik kelapa sawit berkapasitas 60 ton TBS per jam. Selain itu, akan dilakukan kegiatan penanaman di lahan seluas 4.000 hektare. Sama halnya dengan PT Sampoerna Agro Tbk yang berencana menyiapkan belanja modal sebesar Rp 1 triliun untuk pembangunan pabrik kelapa sawit berkapasitas 45 ton TBS per jam. Perseroan akan menanam di lahan seluas 2.000 hektare untuk kelapa sawit. Adapun biaya investasi untuk kelapa sawit sekitar Rp 50-Rp 55 juta untuk kelapa sawit, sagu sekitar Rp 30 juta-Rp 35 juta.
PRODUK BARU
Kian kompetitifnya pasar traktor di perkebunan sawit, dapat terlihat dari rencana beberapa perusahaan yang akan merilis produk baru. Hal ini tidak terlepas dari permintaan kelapa sawit yang menginginkan produk handal dan tangguh untuk kegiatan transportasi dan pengolahan lahan. Meihardi, Direktur PT Satrindo Mitra Utama, mengatakan produk baru yang dirilis perusahaan tahun ini adalah traktor 35 HP dan 45 HP yang dilengkapi trailer. Berbeda dengan traktor lain, produk ini telah menyatu dengan trailer karena memakai sistem articulate sehingga trailer yang ditarik tidak akan menjadi beban traktor. Selain itu, traktor mini ini akan memakai ban lebar untuk pekerjaan infield collection.
Arie Abdulrachman, menambahkan traktor kecil tersebut digabung dengan trailer yang membuat ban trailer lebih lincah dan dapat bermanuver di lahan sawit. Teknologi lain dari traktor ini adalah scissor lift untuk mengangkat beban dengan ketinggian sampai empat meter.
Pada tahun ini, PT Agrisarana Jaya Perkasa akan mengeluarkan traktor Landini model terbaru yang berkekuatan 120 HP) Sebelum masuk ke Indonesia, produk ini akan diluncurkan dulu di Prancis. Arlimda mengatakan traktor ini lebih ditujukan kepada sektor perkebunan lain seperti tebu dan jagung. “Tetapi, traktor ini bagus juga kalau digunakan pelaku usaha perkebunan sawit apabila mereka membutuhkannya. Jadi, traktor ini akan berfungsi bagi pengangkutan karena kapasitas lebih besar dan lahan yang menanjak,” ujar Arlimda.
Langkah perusahaan traktor tersebut yang meluncurkan beragam produk baru, setidaknya dapat menjadi bukti bahwa industri kelapa sawit tetap bergairah ditengah buruknya kondisi pasar komoditas global. Ragam traktor pertanian tersebut akan membantu pelaku usaha sawit untuk menentukan produk apa yang akan dipakai bagi kegiatan produksi sawit. Sehingga, pertumbuhan industri sawit tetap tumbuh positif lewat dukungan teknologi dan sistem mekanisasi. Semoga. (Qayuum Amri)