PT Astra Agro Lestari Tbk memperkuat kegiatan riset melalui pusat risetnya yang resmi berjalan pada 2010. Dilengkapi tujuh fasilitas laboratorium dan 35 peneliti. Membantu perusahaan meningkatkan efisiensi dan produksi sawit.
Waktu menunjukkan sekitar pukul 5 sore di Gedung Research Center PT Astra Agro Lestari Tbk. Namun, tiga orang peneliti di laboratorium hama penyakit terlihat asyik dengan pekerjaanya. Salah seorang diantaranya melihat sampel daun di mikroskop. Afriyani, Staf Agronomi PT Astra Agro Lestari Tbk, menjelaskan sampel daun yang diambil digunakan untuk meneliti penyebab munculnya penyakit busuk pucuk (spear rot).
Menurut Prima Herdianto, Staf Riset Bagian Fitopatologi PT Astra Agro Lestari Tbk, serangan busuk pucuk sudah terlihat di kebun induk pembibitan. Beruntung, belum tinggi tingkat serangannya di kebun komersial. Di Indonesia, penyebaran penyakit busuk pucuk tidak seperti di Amerika Latin yang banyak menyerang tanaman sawit disana, Faktor penyebab penyakit ini kemungkinan dari genetik dan lingkungan yang mempermudah akses mikroorganisme masuk ke tanaman.
“Sejauh ini, pemicu penyakit ini terus diteliti dan sedang diidentifikasi mikroorganisme. Pengendaliannya masih bersifat kimiawi. Pendekatan biologis dengan tricoderma dan endofit sedang diteliti,” kata Prima.
Prima Herdianto dan Afriyani adalah peneliti di Research Center PT Astra Agro Lestari Tbk. Umur keduanya belum mencapai kepala tiga. Total jumlah peneliti sebanyak 35 orang. Fenny Sofyan, Staf Public Relation PT Astra Agro Lestari Tbk, mengakui banyak peneliti berusia muda dan energik yang bergabung di dalam Research Center.
Gedung Pusat Riset (Research Center) dilengkapi tujuh fasilitas laboratorium berlokasi di perkebunan sawit anak usaha PT Astra Agro Lestari Tbk yaitu PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi, tepatnya di Desa Pandu Senjaya, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Gedung ini dibangun di atas lahan sekitar 10 hektare yang mulai dibangun pada 2006 lalu selesai 2010.
Satyoso Harjotedjo, Kepala Divisi R&D Agronomi PT Astra Agro Lestari Tbk, memaparkan sebenarnya kegiatan riset terapan telah dimulai akhir tahun 90-an namun belum ditunjang sarana yang memadai. Penyebabnya, fokus utama perusahaan kepada penanaman lahan baru.
“Alasan pembangunan pusat riset didasari pentingnya kegiatan riset sebagai kunci meningkatkan dan menjaga efisiensi serta keunggulan kompetisi dengan komoditi lainnya dimasa yang akan datang,” ujar Satyoso.
Tujuan lain pembangunan pusat riset adalah menunjang kegiatan riset lapangan melalui fasilitas laboratorium, pengolahan data dan fasilitas kerja. Fokus utama kegiatan pusat riset, menurut Satyoso, yaitu penelitian pemuliaan tanaman dan pembangunan kebun induk. Selanjutnya, meneliti tanah dan kesuburan tanah termasuk pemanfaatan mikroba, penelitian pengendalian hama penyakit, dan penelitian lingkungan.
Satyoso Harjotedjo menuturkan kegiatan penelitian tidak hanya di gedung pusat riset melainkan wilayah operasional Astra Agro yaitu Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Rencana mendatang akan dibangun fasilitas laboratorium skala kecil di. Contohnya saja, akan dibangun laboratorium ganoderma di perkebunan sawit Astra Agro yang berada di Sulawesi.
Keseriusan Astra Agro membangun pusat riset ini dapat terlihat dari alokasi dana yang dikeluarkan setiap tahun. Mulai dari 2010-2013 berdasarkan laporan tahunannya, anak perusahaan Astra International ini mengucurkan biaya riset dan pengembangan sebesar Rp 25,79 miliar.
Setelah pusat penelitian berdiri, menurut Satyoso, seluruh analisa rutin yang dibutuhkan seperti daun dan tanah serta pengamatan lainnya dapat diselesaikan lebih cepat. Selain itu, hasil awal percobaan yang dilakukan dapat dipergunakan untuk memperbaiki teknik budidaya yang diterapkan di perkebunan sehingga lebih efektif dan efisien. Misalkan pengendalian hama dan penyakit dan teknik pemupukan.
Memasuki tahun keempat, kegiatan Research Center Astra Agro berupaya mencari solusi untuk menyelesaikan tantangan yang terjadi di perkebunan. Menurut Satyoso, sudah dijalankan riset mengenai pola pemupukan yang fokus kepada kebutuhan pupuk di setiap area. Penanganan hama penyakit dilakukan lewat mengembangkan musuh alami untuk mengendalikannya, disertai dengan cara deteksi akurat. Saat ini, masih diteliti jenis mikroba yang dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tanah dan pengendali penyakit.
“Harus diakui produk riset kami masih dalam pengembangan. Karena butuh waktu lama untuk mendapatkan hasil akhirnya,” kata Satyoso.
Tercatat, sudah ada beberapa kegiatan riset yang telah berjalan antara lain pemupukan yang difokuskan pada kebutuhan pupuk untuk setiap area, pemuliaan tanaman yang difokuskan pada pemilihan bahan tanaman untuk varietas unggul; hama dan penyakit tanaman yang difokuskan pada pengendalian dengan musuh alami dan cara deteksi yang akurat. Selain itu, dijalankan kegiatan penelitian biologi molekular yang difokuskan pada penelitian genome tanaman; penelitian lingkungan yang difokuskan pada penelitan keragaman flora di areal konservasi, gas rumah kaca dan carbon stock.
Salah satu faktor utama keberhasilan riset adalah ketekunan periset dan analisa topik riset yang akan dilakukan mengingat sebagian besar penelitian dilakukan dalam jangka panjang. Namun demikian, ujar Satyoso, pengembangan metodogi penelitian agar dari penelitian jangka panjang dapat dihasilkan kesimpulan yang terbaik. Selain itu, pengembangan teknik alat yang dipergunakan dalam pengamatan dilapangan akan sangat mempengaruhi kinerja peneliti di riset perkebunan.
Kehadiran pusat riset ini mampu mendorong kegiatan intensifikasi emiten yang berkode AALI ini. Tujuan dari intensifikasi guna meningkatkan produktivitas sangat membutuhkan dukungan teknologi yang salah satu caranya lewat kegiatan riset. Beberapa waktu lalu, Widya Wiryawan, Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, mengatakan intensifikasi meliputi manajemen rawat terpadu, mekanisasi pemupukan, perbaikan tingkat kesuburan tanah, tata kelola air, dan peningkatan kualitas pohon sawit lewat penyerbukan. Intensifikasi dipilih dengan pertimbangan untuk mensiasati semakin minimnya lahan yang dapat dipergunakan bagi perkebunan sawit.
Berdasarkan laporan tahunan, Astra Agro membukukan pertumbuhan produksi minyak sawit (CPO) sebesar 4,2% menjadi 1,54 juta ton pada 2013. Jumlah ini lebih tinggi daripada tahun sebelumnya berjumlah 1,48 juta ton. (Qayuum Amri)