DARI MEJA DIPLOMASI SAWIT DUNIA
Untuk Pangan Atau Bahan Bakar?
Akhirnya menjadi jelas, bahwa perjalanan hidup saya selalu berkaitan dengan kelapa sawit. Irama hidup saya tidak terlepas dari masalah perkebunan dan industri minyak sawit. Ketika pabrik pengelolaan melakukan perubahan dan pembangunan baru, saya merancang pabrik dan mencari mesin pengolahan baru ke Swedia, Jerman, Australia, dan Malaysia. Pada saat minyak sawit Indonesia terkena bencana akibat tercemar solar, saya bersama banyak pengusaha pergi ke Rotterdam dan Den Haag mencari penyelesaian. Begitu juga kalau masalah minyak sawit menjadi berita penting karena harga minyak goreng melambung , saya temui wartawan dan juga diundang wawancara ke stssiun televisi.
Kalau pasar ekspor sawit lemah dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla melakukan promosi, saya ikut juga ke Rusia dan Polandia. Ketika minyak sawit akan digunakan barter dengan pesawat tempur sukhoi buatan Rusia, saya berangkat lagi mengikuti rombongan Presiden Megawati ke Moskow. Banyak hal menarik yang terjadi kerena perkembangan industri minyak sawit kita memang sangat pesat sampai Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih sewaktu menjabat Menteri Pertanian menyebutkan sebagai revolusi pertanian terbesar yang pernah dialami dunia. Karena itu banyak juga yang ingin saya ceritakan.
Sejak tahun 2000 posisi minyak sawit semakin kuat dipasar dunia. Bersama Malaysia, Indonesia mengekspor jutaan ton minyak sawit. Perkembangan produksi dan ekspor minyak sawit itu pun tidak sepi dari tantangan. Mulai muncul serangan-serangan gencar yang memperlemah posisi yang kuat itu. Para Menteri Malaysia dan Indonesia bersama pejabat tinggi lain harus pergi ke Eropa menghadapinya.Saya sering ikut dan ditugaskan berbicara di depan konferensi. Julukan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Perkebunan sebagai “Duta Besar Kelapa Sawit” membuat saya merasa lebih terpanggil untuk berbicara di mana saja membela kepentingan sawit Indonesia.
Sumber : Derom Bangun