Saya awali pidato saya dengan sedikit bergurau untuk mencairkan susana. Saya bilang, Indonesia menghasilkan lebih dari 6 juta ton minyak sawit, tetapi itu bukan alasan yang kuat mengangkat saya sebagai “pembicara utama”. Yang dipandang layak sebagai pembicara adalah seorang yang jauh dari kemampuannya. Jadi, alasan yang sah adalah “Because I am far away for home”. “Karena saya jauh dari kampung”, disambut tawa riuh oleh beberapa tamu.
Kemudian pidato saya masuk kebagian yang serius. Saya jelaskan bahwa pemerintah dan kepolisian negara Indonesia sudah mempraktekan keamanan angkutan CPO di antara perkebunan dan pelabuhan. Pencurian dan pengantian sebagian CPO dengan solar tidak terjadi lagi. Pengusaha sendiri melakukan pengawasan yang lebih baik.
Di samping itu, setiap rencana pengapalan terlebih dahulu diperiksa. CPO do dalam tangki timbun di perkebunan diambil sempelnya lalu disegel. Sampel diperiksa dengan alat gas chromatography untuk memastikan kadar hidrokarbon. Jika ternya pasti tidak mengandung solar, barulah CPO yang sudah disegel itu dibuka dan dipompa ke kapal.
Wajah mereka kelihatan tenang dan saya yakin pesan yang saya sampaikan bisa diterima. Lalu saya ajak semua hadirin mengangkat gelas untuk bersulang. “Demi kemajuan FOSFA dan seluruh anggota”, kata saya sambil mengangkat gelas lalu minum. Itulah tugas saya yang disebut toas master pada malam itu. Pengapalan minyak sawit ke Eropa kembali pulih secara bertahap. Harga minyak sawit yang anjlokpada tahun 1999 itu kembali normal setelah 27 bulan.
Sumber : Derom Bangun