Di MIT saya banyak belajar mengenai kultur perusahaan. Kita bicarakan soal crescendo, belajar mengenai aspek filosofi dari sebauh perusahaan. Slogan sebuah perusahaan tidak bisa dipandang remeh. Karena dari slogan itulah sebuah perusahaan bisa terlihat kokoh, tangguh, dan visioner. Tanpa slogan yang jelas, mustahil sebuah perusahaan bisa merumuskan apa tantangan dan harapannya kedepan. Slogan tersebut menjadi semacam landasan bagi beroperasinya perusahaan sekaligus membentuk budaya perusahaan. Ilmu ini pula yang terapkan bagi perusahaan saya sekembalinya dari Amerika Serikat. Saya memberi nama Kinar Lapiga buat perusahaan saya. Dalam nama itu terkandung arti “bara api yang tak akan pernah padam” dan itulah harapan saya kepada perusahaan untuk senantiasa bendereng melintasi zaman.
Aspek filosofis itu harus terus diterapkan kepada segenap pekerja di perusahaan sehingga kultur kerja keras selalu diindahkan oleh setiap orang di dalam perusahaan. Pada saat di Amerika itu saya juga mendapati beberapa perusahaan yang ketat dalam pengolahan keuangan. Dengan cara itulah perusahaan bisa membiayai dirinya secara berkesinambungan. Hal inilah yang saya temukan di Socfindo. Manajemen keuangan mereka sangat baik. Mereka serba hemat dan efisien. Sampai sekarang pun biaya produksinya paling rendah dari semua perusahaan perkebunan di dunia ini. Artinya, kalau perusahaan lain mengeluarkan ongkos produksinya 400 dollar AS per ton, Socfindo mampu menjalankannya dengan 200 dollar AS per ton.
Sumber : Derom Bangun