Tugas saya sebagai Tekniker I atau Masinis Kepala berjalan lancar selama beberpa hari sampai terjadi suatu masalah besar. Pabrik ini digerakan oleh sebuah mesin diesel karena mesin uap sudah tidak mampu. Merek mesin diesel ini adalah Bellis & Morcom, berkekuatan 225 tenaga kuda, terletak dikamar mesin di samping mesin uap merek Corliss yang berkekuatan 150 tenaga kuda. Dalam keadaan normal salah satu mesin ini menjadi pengerak seluruh peralatan pabrik, sedangkan yang lain sebagai cadangan. Tetapi kondisi sudah bukan normal lagi karena peralatan yang berumur tua disamping kurang perawatan. Mesin Corliss itu tidak bisa difungsikan karena uap yang dibutuhkan tidak dapat disediakan oleh ketel uap yang jumlahnya sudah berkurang. Dua dari lima ketel uap sudah rusak total.
Jadi sebenarnya tinggal Bellis & Morcom itulah mesin pengerak utama. Celakanya, mesin ini tiba-tiba rusak sehingga pabrik berhenti total. Ini bencana besar. Bencana buat kebun Aek Loba dan bencana buat seluruh perusahaan. Bagaimana tidak?
Kebun Aek Loba adalah yang terbesar di sembilan pabrik sawit milik Socfin. Produksinya mendekati 1.000 ton minyak sawit per bulan, sedangkan yang lain antara 200 sampai 500 ton saja. Program pengapalan untuk ekspor di pelabuhan Belawan sangat bergantung pada produksi Aek Loba terhalang atau terlambat saja, jadwal pengapalan akan tertunda dengan resiko denda yang berat. Saya maklum dengan posisi pabrik ini ketika saya diberi tugas sebagai pejabat Tekniker I. Jabatan Tekniker I adalah pemimpin dan penanggung jawab pabrik dan semua masalah teknis dalam perkebunan. Secara adminitrasi memberikan laporan kepada administrateur atau pengurus perkebunan Aek Loba yang ketika itu dijabat Pontas Lodewijk Hutabarat. Secara teknis selalu berurusan dengan kepala bagian teknik dan teknologi di Medan. Karena ukurannya yang besar itu, direksi juga selalu menaruh perhatian besar.
Sumber : Derom Bangun