Keberhasilan PT Letawa membina program pendidikan di sekitar wilayah perkebunan, berdampak positif terhadap kualitas anak-anak setempat. Selain, membantu pemerintah daerah setempat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan.
Sekitar 20 siswa duduh bersimpuh di depan ruang laboratorium bahasa inggris. Dengan alas meja belajar lipat, setiap siswa begitu tekun membuat tugas sambil diselingi diskusi dan candaan kecil.
“Mereka diminta membuat undangan kepada teman atau siapapun dalam bahasa Inggris. Situasi belajar sengaja di luar kelas supaya tidak terlalu bosan,” kata Ayu, Guru Bahasa Inggris SMP Astra Makmur Jaya yang berlokasi di Desa Makmur Jaya, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.
Suasana belajar mengajar di tempat tersebut tak jauh berbeda dengan sekolah lain yang berada di kota besar seperti Jakarta, Makasar, dan Surabaya. Padahal, sekolah ini berlokasi di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit yang berjarak ±130 km dari Palu, Sulawesi Tengah. Berdiri semenjak tahun 2005, PT Letawa anak usaha dari PT Astra Agro Lestari Tbk, berkomitmen membangun sekolah ini yang ditujukan memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pekerja.
Di sekitar perkebunan sawit PT Letawa, anak-anak dapat bersekolah mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK), sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. PT Letawa memiliki jumlah sekolah binaan sebanyak 5 sekolah yang terdiri dari 2 TK Sari Wiwit, SDN Pirsus, SDN Golf, dan SMP Astra Makmur Jaya. Selain itu, di sekitar perkebunan terdapat tiga sekolah milik pemerintah yaitu SDN Mardede, SDN Siparape, dan SDN Taranja. Total jumlah siswa mencapai 1.472 orang sampai tahun ini.
Upaya mendukung aktivitas pendidikan dilakukan dengan penyediaan bus sekolah sebanyak tujuh unit yang menjemput siswa di sekolah binaan Astra. Hal ini dilakukan supaya siswa datang ke sekolah sendiri apabila orangtuanya tidak bisa menjemput.
Salah satu sekolah binaan yang banyak mendulang prestasi adalah SMP Astra Makmur Jaya. Sekolah yang mempunyai 322 siswa dan 12 ruangan kelas ini sangat lengkap fasilitas pendidikannya antara lain laboratorium bahasa inggris, laboratorium komputer, laboratorium IPA, internet, dan perpustakaan. Laboratorium bahasa memiliki 32 set alat dan terdapat 20 unit PC di laboratorium komputer.
Saul, Kepala Sekolah SMP Astra Makmur Jaya, mengatakan pihak sekolah berupaya mendorong siswa untuk belajar dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Strategi lain, dia menjalin komunikasi bersama orangtua untuk mengetahui perkembangan siswa dengan memberikan nomor handphone pribadinya. Program ini dinamakan tudang sipulung.
Jadi kalau orangtua tidak dapat antar anaknya maka dapat dijemput dengan bus sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar, kata Saul, dibangun metode cooperative learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Suasana belajar dibuat dinamis dan tidak monoton di ruangan kelas maupun harus menyimak guru. Siswa dapat belajar sambil duduk di bawah dengan meja belajar lipat. Selain itu, dibuat kelompok belajar antar siswa untuk meningkatkan kerjasama.
Kombinasi teori dan praktek juga diterapkan guru dalam proses belajar mengajar. Ketika dijumpai di laboratorium komputer, Wahyudi Nugroho, Guru Pelajaran Teknologi Informatika Komputer, menjelaskan siswa sedang diajarkan pembuatan animasi yang tugas akhir mereka diwajibkan smembuat animasi.
Alhasil, sederet penghargaan dan kejuaraan diraih siswa sekolah ini antara lain juara pertama bidang IPA Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat SMP tahun 2012, juara pertama Olimpiade Sains Nasional bidang Fisika tingkat Provinsi Sulawesi Barat. Di tingkat kabupaten, siswa sekolah ini langganan juara berbagai lomba dari kesenian, olahraga, dan sains.
Jumlah tenaga pengajar di SMP Astra Makmur Jaya sebanyak 21 orang. Walaupun harus mengajar jauh di pedalaman, pada kenyataannya para guru senang tinggal di sana. Tenaga pendidik ini sebagian besar dari Mamuju, Makasar, Lombok, dan Palopo. Untuk mendukung aktivitas belajar, PT Letawa menyediakan fasilitas tempat tinggal, listrik, air bersih dan kesehatan. Selain itu, tunjangan pensiun dan jamsostek menjadi hak para guru.
Menurut Saul, beragam fasilitas inilah yang membuat para guru nyaman dan optimal dalam mengembangkan potensi mereka. Sehingga proses belajar mengajar lebih dinamis untuk menciptakan siswa yang berkualitas tinggi. Kepada sekolah binaan, PT Letawa memberikan berbagai macam jenis bantuan yaitu bantuan buku buku paket, honor guru, dan rehabilitasi jalanan/bangunan, dan pelatihan guru.
“Saya saja sudah mengajar lebih dari tujuh tahun lamanya disini. Dan baru diangkat menjadi kepala sekolah sekitar enam bulan lalu,” kata Bapak dari dua anak ini.
Di luar pelajaran akademis, siswa mendapatkan muatan lokal dan pengetahuan lain seperti budidaya lele dan budidaya sawit. Menurut Saul, informasi mengenai kelapa sawit diberikan pekerja PT Letawa yang bertujuan mengenalkan siswa proses produksi kelapa sawit dari awal sampai menghasilkan minyak. Kegiatan ini mengajak siswa ke tempat proses pembibitan, pemanenan, dan pabrik kelapa sawit. Tak hanya itu, siswa juga diberikan pemahaman pengelolaan sawit dari aspek lingkungan yang sifatnya ramah lingkungan dan berkelanjutan. “Kami ingin mereka dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa sawit adalah sahabat,” kata Saul.
Di dekat SMP Astra Makmur Jaya, berdiri pula Rumah Pintar dan Hijau Astra bagi warga sekitar. Rumah Pintar ini akan menyediakan fasilitas berupa sentra buku ,sentra Edugame, sentra audio dan sentra kriya. Rumah Pintar dan Hijau Astra ini dibangun atas kerjasama Persatuan Istri Kabinet Indonesia Bersatu bersama PT Astra International Tbk dan PT Letawa sebagai anak perusahaan dari PT Astra Agro Lestari Tbk.
Budi Sarwono, Community Development Officer PT Letawa, mengakui berdirinya sekolah tersebut awalnya untuk memenuhi akses pendidikan kepada anak pekerja dan masyarakat sekitar perkebunan sawit PT Letawa. Tanpa kehadiran sekolah ini, jelas masyarakat akan terbebani dengan biaya pendidikan yang tinggi untuk menyekolahkan anaknya.
Keberadaan sekolah ini, menurut Budi Sarwono, berdampak positif kepada kinerja karyawan yang sekaligus orangtua siswa tersebut. Tingginya produktivitas karyawan disebabkan mereka tidak cemas terhadap pendidikan anaknya, sehingga lebih fokus dalam bekerja.
“Sebelum dibangun sekolah, banyak pekerja yang bertanya bagaimana anaknya dapat bersekolah tapi sekarang tidak lagi terdengar,” kata Budi Sarwono.
Agus Ambo Djiwa, Bupati Mamuju Utara, mengakui program pendidikan yang diberikan PT Letawa kepada sekolah-sekolah yang berada di perkebunan sawit, sangatlah membantu program pemerintah dalam meningkatkan kualitas masyarakat setempat, khususnya anak-anak.
Yang sangat membanggakan, banyaknya siswa sekolah binaan Astra Agro yang ikut serta dalam perlombaan nasional dan menjadi juara. Walhasil, prestasi ini akan mengangkat nama dan citra Mamuju Utara di Indonesia. “Kami harapkan Astra Agro lebih banyak membantu sekaligus membina sekolah disini untuk sebagai bagian pemberdayaan masyarakat,” pungkas Agus Ambo Djiwa. (Qayuum Amri)