Pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati telah dijalankan PT Letawa yang mengacu kepada regulasi pemerintah. Menjadi bagian dari pengelolaan kebun sawit yang bertanggungjawab dan ramah lingkungan.
Mengelola dan peduli terhadap lingkungan serta keanekaragaman hayati bukanlah hal mudah untuk diterapkan perusahaan perkebunan sawit. PT Letawa, anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk, dapat menjadi contoh baik perusahaan yang mampu mengharmoniskan alam dengan praktek budidaya sawit. Muhamad Riduan, Asisten Safety, Health, and Environment (SHE) PT Letawa, mengatakan pengelolaan keanekaragaman hayati yang dikembangkan perusahan sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Menurutnya, program konservasi mengacu kepada undang-undang No 5 tahun 1990, tentang pengelolaan sumberdaya hayati dan ekosistemnya, maka pengelolaan keanekaragaman hayati di areal konservasi dalam HGU perusahaan berupa kegiatan konservasi in situ. Kegiatan ini meliputi perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari.
Dalam mengelola keanekaragaman hayati, perusahaan melakukan lima tahapan kegiatan. Pertama, mengidentifikasi status keanekaragaman hayati termasuk kekayaan jenis, kelimpahan, distribusi spesies, struktur vegetasi, dan kondisi lansekap secara keseluruhan). Kedua, merencanakan tata ruang untuk areal konservasi (spatial planning).
Tahapan ketiga, lanjut Muhamad Riduan, dilakukan pengembangan perangkat dan infrastruktur untuk implementasi program pengelolaan keanekaragaman hayati. Berikutnya, dilakukan pengelolaan spesies dan habitat (identifikasi spesies yang harus ditingkatkan populasinya, spesies yang perlu dipantau, spesies yang harus dikendalikan –spesies asing invasif-). Dan yang terakhir adalah memberikan pendidikan konservasi dan partisipasi masyarakat sekitar dalam membantu konservasi habitat.
Saat ini, PT Letawa menerapkan empat jenis ekosistem konservasi yaitu ekosistem mangrove, ekosistem sepadan sungai, ekosistem hutan hujan tropis,dan ekosistem karst. Lalu bagaimana bentuk pengelolaannya?
Ekosistem mangrove yang dikelola PT Letawa sekarang ini mempunyai 157.147 pohon mangrove yang sudah tertanam. Pohon mangrove ini berjenis Rzhophora yang berada di sepanjang 10 km di sepanjang tanggul pesisir jengeng afdeling Mike PT. Letawa. Lalu, sekitar 4 hektare di pesisir pantai muara jono, sekitar 2 hektare di pesisir Pantai Tanjungbakau, dan sekitar 2 hektare di pesisir pantai Desa Selule Pasangkayu.
Nyoman Sukram Administratur PT Letawa,mengatakan perlindungan mangrove ini sangat berguna dalam perlindungan daerah perairan. Saat ini pun, daerah mangrove telah menjadi tempat kehidupan habitat satwa seperti burung, ikan, dan udang.
“Berdasarkan pengamatan tim kami, nampak terlihat burung maleo dan burung migran yang berada di hutan bakau. Ke depan, kami berkeinginan membuat areal konservasi penyu,” kata Nyoman.
Muhamad Riduan menyatakan akan dibuat model agrofishery di sekitar areal konservasi mangrove, terutama di sekitar Jengeng dan Muara Jono di tambak-tambak masyarakat. Nantinya, penanaman bakau di sekitar tanggul tambak bahkan apabila memungkinkan akan dilakukan di dalam tambaknya supaya menjadi tambak ramah lingkungan.
Untuk ekosistem sepadan sungai dijalankan dengan menjaga areal sepadan sungai tidak dirusak dengan cara membuat rambu-rambu tentang Daerah Aliran Sungai (DAS). Menurut Muhamad Riduan, ekosistem ini dilakukan dengan penghijauan sekitar DAS dan tidak menjalankan pengelolaan perkebunan secara kimia baik rawat maupun pemupukan di areal sekitar DAS.
Harapannya, kondisi air dan DAS terjaga dengan baik dan tidak tercemar. Sejauh ini kondisi ekosistem DAS terawat dengan baik dan flora maupun fauna dapat tumbuh dan berkembang.
Sementara itu, ekosistem hutan tropis dijalankan pada lahan seluas sekitar 200 hektare di kawasan Kareke Afdeling Charlie PT Letawa. Areal konservasi ini dikelola mulai dari tahun 2000, namun ujar Muhamad Riduan, secara profesional diamati oleh perusahaan dari tahun 2011 dibawah Departemen Konservasi AAL dan SHE PT Letawa.
Ditambahkan Muhamad Riduan, dilakukan pula survei pengamatan keanekaragaman hayati di Hutan Kareke jenis fauna maupun flora yang ada selanjutnya diidentifikasi dan upaya pengayaan lewat program penghijauan disekitar hutan dengan melibatkan karyawan, masyarakat setempat dan siswa-siswa sekolah sekitar kebun.
Yang menarik di areal perkebunan PT Letawa terdapat goa bernama Goa Kareke yang dijaga ekosistemnya. Gua ini mempunyai karst staglagmit yang cukup indah dan perlu dilestarikan. Menurut Muhamad Riduan, di dalam gua ini terdapat banyak kalelawar yang hidup dan dimanfaatkan kotorannya untuk pupuk organik. Program perlindungan Goa Kareke berupa menjaga kelestarian dengan memberikan rambu-rambu peringatan agar tidak merusak ekosistem karst yang ada.
Lewat program konservasi lingkungan yang maksimal dan sungguh-sungguh, PT Letawa seringkali mendapatkan penghargaan lingkungan dari berbagai pihak. Pada 2013, PT Letawa mendapatkan penghargaan Indonesia Green Award dengan kategori pelestarian keanekaragaman hayati. Kementerian Lingkungan Hidup ini juga memberikan PROPER Hijau kepada PT Letawa. (Qayuum Amri)