JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Tidak hanya produk pertanian seperti kedelai hingga beras, Indonesia juga diketahui masih mengimpor berbagai alat dan mesin pertanian (alsintan) khususnya di sektor sawit yang cukup besar.
Direktur Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Dr. Tungkot Sipayung mengatakan jika Indonesia terus mengandalkan impor akan menimbulkan masalah besar ke depannya. Pasalnya, ujar dia, sektor sawit akan menghadapi masalah tenaga kerja ke depannya, sehingga mau tidak mau mekanisasai dan digitalisasi menjadi pilihan.
Tungkot mengatakan seharusnya pemerintah mulai mengoptimalkan industri dalam negeri agar meminimalisir impor. Dia menyebut, banyak pabrik mulai dari milik Badan Usaha Milik Negara hingga Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mampu sejatinya memproduksi alsintan dengan kualitas baik.
“Kita sedih melihat kita yang cenderung segala sesuatu impor termasuk alsintan. Padahal yang diimpor sebetulnya dapat dihasilkan di dalam negeri. Kita punya pabrik lokal, Puspetek (milik Pupuk Indonesia), ada banyak perusahaan swasta, UKM yang bergerak pada produksi alsintan termasuk untuk kebutuhan alat dan mesin panen sawit. Inovasi baru mesin pemanen sawit, yang dihasilkan peneliti IPB juga ada,” ujar Tungkot saat dihubungi, Jumat (11/11/2023).
Menurutnya, masuknya impor alsintan secara bebas akan mematikan alsintan domestik. Sebab, ujar dia, Indonesia mempunyai kebun sawit terluas di dunia sehingga pasar alsintan sawit cukup besar. Karena itu perlu dibuat kebijakan subsitusi impor alsintan sawit kedepan.
“Misalnya importir alsintan diwajibkan atau dikondisikan untuk mengembangkan pabrik alsintan domestik sehingga suatu saat tidak perlu lagi impor,” imbuh Tungkot.
Dia menilai, pemerintah harus mengembangkan produsen lokal domestik. Pasalnya, perkebunan sawit ke depan sedang menghadapi kelangkaan tenaga kerja (seperti yang dialami sawit Malaysia saat ini) sehingga tidak ada pilihan lain kecuali mekanisasi dan digitalisasi perkebunan sawit.
“Jika perkebunan sawit kita sangat tergantung pada impor alat dan mesin perkebunan, kita akan menghadapi masalah kedepan. Karena itu sejak awal perlu dipersiapkan alsintan subsitusi impor dengan cara meminta/memfasilitasi produsen alsintan luar untuk mengembangkan pabrik alsintan didalam negeri termasuk jasa bengkel alsintan di sentra sentra perkebunan sawit,” pungkas Tungkot.
Penulis: Indra Gunawan