JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman telah memulai proses lelang seluruh jabatan eselon I dan puluhan jabatan setingkat eselon II di lingkup Kementerian Pertanian (Kementan).
Hal ini kata Amran dilakukan dalam rangka membersihkan Kementan dari oknum-oknum pejabat yang terseret kasus korupsi, jual-beli posisi, kolusi dengan pengusaha, perbuatan pejabat yang terceladan juga sekaligus penyegaran terhadap posisi yang telah lama tidak bergerak.
“Mentan akan melelang (open bidding) semua jabatan eselon I bermasalah di kementerian ini, termasuk para Dirjen, Kepala Badan dan juga para pejabat eselon II lingkup Kementan yang terindikasi bermasalah. Proses ini dilakukan secara transparan dan akuntabel” kata kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kuntoro Boga Andri dalam keterangan resmi, Sabtu (23/12).
Menurutnya, lelang jabatan ini merupakan komitmen Amran beserta seluruh jajaran untuk memulihkan reputasi Kementan untuk mencapai seluruh target terkhusus swasembada pangan.
“Kita perlu energi baru Kementan pasca turbulensi kasus hukum di KPK dan penegak hukum lainnya. Pak Mentan ingin meritokrasi sistem dan menciptakan birokrasi bersih di sini,” imbuh Kuntoro.
Andi Kasruddin Raja Muda, Petani sawit dari Sulawesi Barat, menyambut rencana mulia ini. Rombak jajaran eselon I dan II ini dinilai sangatlah tepat karena petani sawit seringkali dijanjikan melalui berbagai istilah seperti percepatan, akselerasi, paduserasi, implementasi, kolaborasi, kordinasi yang semuanya dikaitkan ke serapan PSR dan Sarpras lainnya.
“Tapi hasilnya capaiannya malah makin rendah. Menurut catatan kami justru sebelum ada dirjenbun definitif capaian PSR lebih tinggi dibandingkan setelah ada Dirjen Perkebunan sekarang,” urai Andi Rajamuda.
“Kami senang dengan inisiatif Pak Mentan Amran, tentu harapan ini membuat kami cemas dan gakau, tentu jangan sampai mengecewakan kami petani sawit ketika pejabat yang terpilih nantinya muter-muter disitu saja,” lanjutnya.
Diakui Andi, ada beberapa pejabat di Direktorat Perkebunan yang bagus, punya komitmen serta mengenal kami petani sawit dengan segala keterbatasan kami “dengan harapan pejabat tersebut mendapatkan posisi yang strategis untuk menolong kami petani sawit”.
Dari Kalimantan Barat, Indra Rustandi justru menyoroti peraturan yang diterbitkan Dirjendbun (Kepdirjendbun) Nomor 62/2023, terkait Dana Sarpras. Pasalnya, aturan ini dinilai “membunuh” harapan petani sawit untuk meraih dana Sarpras Pabrik Pengolahan Sawit Petani.
“Kami di Kalbar masih agak lumayan baru setengah jalan menuju proses pelengkapan administrasi pengajuan PKS Mini dengan menggunakan dana BPDPKS. Yang lebih prihatin nasib saudara kami petani sawit dari Papua Barat di mana persyaratannya sudah 100%, terpaksa mentah lagi ketika Dirjendbun menerbitkan Kepdirjenbun tadi yang mengunci bahwa total dana yang diajukan kelembagaan petani, 30%-nya harus berasal dari Pengusul tersebut dan dana tersebut harus mengendap di rekening pengusul selama setahun terakhir dan mininum lahannya naik menjadi 3.750 ha,” urai Indra.
Ketua Umum DPP APKASINDO, Dr. Gulat ME Manurung, menanggapi dengan serius dan hati-hati perihal open bidding jabatan di Kementan.
Doktor lulusan Universitas Riau ini sangat mengapresiasi inisiatif Menteri Pertanian, Amran Sulaiman. Memang diperlukan cara yang tidak biasa untuk bersih-bersih Kementan untuk mengembalikan kejayaannya dan membangkitkan kepercayaan masyarakat.
“Kami acungkan jempol ke Pak Amran dan ini saatnya evaluasi diri secara menyeluruh, karena Kementan ini berbeda dengan kementerian lainnya. Kementan berhubungan langsung dengan masyarakat terutama petani makanya dibutuhkan pejabat yang benar-benar menguasai lapangan, bukan hanya senang beretorika, suka buat statement dan berjanji-janji dengan berbagai istilah.” tegas Gulat.
Gulat menyebutkan silahkan saja cek di google, ketik saja kata kunci searchnya ‘petani sawit dan permasalahannya’, pasti google akan bercerita apa adanya, semua rekam-jejaknya ada disana dan tak terbantahkan.
“Kami berharap proses ini sesuai jadwal yang sudah ditentukan karena jika berlarut-larut maka akan sangat mengorbankan Kembali program strategis nasional (PSN) terkhusus di direktorat jenderal perkebunan yang sudah dicanangkan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden,” tambah Gulat.
Menurutnya pejabat yang sekarang di posisi eselon I dan II harus mengevaluasi diri.”Kalau dirasa kinerjanya jelek selama menjabat sebaiknya mengurungkan niatnya untuk melamar pada open bidding tersebut, apalagi jika terkontaminasi dengan kasus hukum yang menerpa Pak SYL”.
Gulat menegaskan,”APKASINDO sudah mencatat semuanya itu dan akan memberikan masukan melalui surat resmi kepada Menteri Pertanian dengan tembusan kepada Kepala Staf Kantor Kepresidenan (KSP), perihal perilaku pejabat Eselon I dan II selama ini terkhusus di direktorat jenderal perkebunan.”
“Ada yang capaiannya cukup lumayan terkait beasiwa SDM sawit, tidak sedikit yang capaiannya jelek sekali bahkan buruk dan ini bukan rahasia karena sudah diketahui oleh stakeholder sawit bahkan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden sudah mendapat laporan perihal gagal capai targetnya beberapa PSN di Direktorat Jenderal Perkebunan, jadi bukan rahasia perihal kegagalan target yang sudah digariskan oleh Presiden Jokowi dan Wakil Presiden,” kata Gulat.
Dalam pandangan ayah dua anak ini, sangat beralasan apabila dikatakan masa depan sawit Indonesia berada tangan Tim Seleksi eselon I dan II.
”Jika meleset, maka akan menenggelamkan harapan dan masa depan sawit Indonesia, terkhusus masa depan kami petani sawit. Tentu ini perlu mendapat perhatian serius Presiden dan Pak Wapres. Untuk itu diperlukan kehatian-hatian dari tim seleksi” ujar Gulat.
Gulat mengatakan 17 juta petani sawit dari Aceh sampai Papua menitipkan harapan dan doa kepada Tim Seleksi supaya membuka mata dan telinga perihal rekam jejak pejabat yang akan didudukkan dan kami akan mengikuti proses tersebut secara serius.
“Jika ada aturan yang mengizinkan uji publik semacam fit and proper tes calon pejabat eselon I dan II dalam proses open bidding ini tentu akan sangat bagus dan selektif, ya paling tidak fit and proper tes secara tertutup lah” kata Gulat. Jadi ketika sudah duduk kemudian hari dan sangat lambat dan bahkan melenceng maka tinggal membuka visi-misi nya saat fit and proper test.