Koperasi Sawit Makmur telah mengelola pabrik sawit mulai 2021. Bersama mitranya PT Batu Gunung Mulia Putra Agro (BGMPA), pabrik ini ditargetkan akan mendukung perbaikan harga TBS petani.
“Banyak petani sawit antusias menjual buahnya kepabrik kami. Pabrik ini cita-cita bersama petani untuk mewujudkan harga berkeadilan,” kata Samsul Bahri, Ketua Koperasi Sawit Makmur.
Antusiasme petani karena harga dari pabriknya terbilang tinggi. Tak kalah dengan pabrik lain di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Pada Minggu pertama April, harga pembelian pabriknya di kisaran Rp 1.970 per kilogram. ”Kalau dengan pabrik lain kami imbang. Agak beda dengan PTPN (red-PTPN XIII) dan Indoraya (PT Indoraya), berani membeli di atas Rp 2.000 per kilogram,” jelas Samsul.
Kehadiran Pabrik Kelapa Sawit Koperasi Sawit Makmur dan PT BGMPA membuat persaingan semakin bagus. Imbasnya, petani menerima harga lebih bagus. “Dulu tidak pernah nikmati harga bagus. Sekarang persaingan pabrik ketat terutama pasokan buah. Baru di tahun ini, petani benar-benar menikmati tingginya harga TBS. Pabrik ini dapat memangkas peranan tengkulak dalam jual beli TBS petani,” jelasnya.
Berlokasi di Desa Batumulya, Kabupaten Tanah Laut, lokasi pabrik kelapa sawit (PKS) Koperasi Sawit Makmur dan PT BGMPA sangat strategis. Tidak jauh dari jalan raya. Selain itu, jarak pabrik dengan kota cukup dekat.
“Makanya, petani ikut ke kami. Kami sampaikan sosialisasi pentingnya pabrik bagi petani terutama bagi anggota koperasi. Bagi anggota (koperasi), jika menjual buah kepabrik BGMPA. Ada bonus untuk buah yang mereka jual,” imbuh Samsul yang juga Ketua DPW APKASINDO Kalsel.
Samsul mengakui banyak petani termasuk anggota koperasi yang menjual buahnya kepabrik lain. Lantaran terikat kontrak jual beli. Tapi setelah kontrak berakhir, petani memilih untuk menjual panennya kepabrik BGMPA. Di Kabupaten Tanah Laut, ada 7 unit pabrik sawit. Pasokan mereka sekitar 70% dari kebun sendiri.
“Karena sudah kontrak pabrik lain, pelan-pelan kurangi pasokannya akan dikurangi. Jadi memang perlu pelan-pelan menarik petani ini. Sudah bisa kurangi 50 persen dari pasokan kepabrik lain, itu sudah bagus,” kata Samsul penuh optimis.
Koperasi Sawit Makmur mempunyai 547 anggota. Total luas lahan sawit yang dimiliki anggota koperasi mencapai 12.900 hektare. Saat ini, suplai buah dari anggota koperasi mencapai 70%. Ditargetkan akhir tahun ini, seluruh anggota akan menjual buah kepabrik.
Saat ini, rata-rata pasokan TBS sawit kepabrik mulai 600 ton per hari. Dari kemampuan olah buah sebesar 900 ton per hari. Memang ada sejumlah tantangan untuk bisa full kapasitas. Diakui Samsul, kapasitas baru tercapai 60 persen karena persaingan mendapatkan buah. Start commissioning pabrik baru berjalan dua bulan lalu. Kendalanya adalah buah sedang musim trek sehingga berkurang.
“Sekarang ini, kami terus sosialisasi keberadaan pabrik kepada masyarakat karena banyak belum tahu dan dalam proses negosiasi harga juga,” tambahnya.
Fasilitas pabrik terus dilengkapi seperti perkantoran, jalan dan mess karyawan. ”Pabrik sudah giling tetapi mesti dilengkapi kantor dan fasilitas. Jika pasokan buah sudah stabil bisa lengkap semua. Pembangunan terus berjalan untuk gedung kantor pabrik, perumahan kryawan baru 50 persen, dan jalan akses kepabrik,” ungkapnya.
Samsul menceritakan jumlah tenaga kerja di pabrik sebanyak 110 orang. Pabrik beroperasi dua shift yaitu pagi dan malam. Shift pagi mulai jam 7 pagi sampai jam 4 sore. Untuk shif malam dari jam 5 sore sampai jam 4 pagi.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 114)