Ujicoba biodiesel di Kereta Api terus berjalan sampai Juli mendatang. Tidak ada kendala dalam penggunaan biodiesel campuran 20% atau B20. Berpotensi meningkatkan konsumsi biodiesel domestik antara 200 ribu Kl-500.000 Kl.
“Selama tiga bulan ini belum ada masalah (uji coba) baik dari performa engine maupun dari B-20 itu sendiri,” ujar Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana saat meninjau Rail Test B-20 di Dipo Kertapati milik PT Kereta Api Indonesia (KAI), Palembang, Sumatera Selatan, dalam keterangan tertulis.
Pemerintah terus mendorong pemanfaatan biodiesel untuk transportasi di Indonesia. Sebelumnya, Ignasius Jonan Menteri ESDM menuturkan, pemakaian biodiesel akan diperluas untuk meningkatkan porsi kepada sektor transportasi kereta api melalui pencampuran biodiesel dengan solar.
Pemakaiannya untuk lokomotif kereta sebesar 5 persen dan alat berat pertambangan dengan campuran sebesar 15 persen. “Sekarang kereta misalnya biosolar itu kereta api sudah oke tahun ini 5 persen alat berat yang digunakan di tambang 15 persen,” ucap Jonan. Dengan ada perluasan penerapan campuran biodiesel ke solar, konsumsi biodiesel bertambah 1 juta kilo liter dalam setahun. Harapannya pemakaian biodiesel di Indonesia menjadi 3,5 juta kl selama setahun.
Untuk meningkatkan campuran B-5 menjadi B-20 di kereta api, pemeritah mulai membuat kegiatan ujicoba biodiesel pada bahan bakar kereta api. Memasuki awal kuartal kedua 2018, Rail Test B-20 (bahan bakar dengan campuran 20% biodiesel) kembali dilakukan. Hasil positif didapatkan dengan tidak ditemuinya kendala pada mesin kereta api.
Dadan mengatakan memasuki bulan ketiga Rail Test B-20 berjalan ini. Lalu, masih ada waktu tiga bulan lagi untuk memastikan apakah B-20 dapat bekerja maksimal pada mesin kereta api milik PT KAI atau tidak.
Kendati demikian, penggunaan biodiesel pada kereta api menemui kendala ketika campurannya ditingkatkan secara bertahap dari B5 menjadi B20. Walaupun demikian saat ini dalam proses uji coba guna mengetahui apakah benar permasalahan itu ditimbulkan oleh biodiesel. Jika memang benar biodiesel penyebabnya maka dicarikan solusi agar kendala itu bisa diselesaikan.
Sejak 2016, pencampuran ditingkatkan menjadi 20% atau B20. Laporan KAI menyatakan, ada masalah pada filter dan nozzle tip lokom otif setelah menggunakan B20. Dengan uji coba ini akan diketahui apakah permasalahan itu terjadi akibat pemakaian B20.
Ade Hilmi,Vice President PT Kereta Api Indonesia, mengakui sempat ada kendala masalah filter nozzle di lokomotif saat pengujian campuran B-20. Penyebabnya karena pembakaran tidak sempurna akibat penggunaan biodiesel di luar batas toleransi pihak pabrik sebesar 5%. “Karena ada kendala ini, maka dilakukan rail test,” jelasnya.
Berdasarkan data KAI, jumlah lokomotif yang dimiliki mencapai 420 unit. Lokomotif diesel elektrik PT KAI sebagian besar dibuat di Amerika Serikat atau Kanada, sedangkan diesel hidraulik kebanyakan Jerman. Unit listrik beberapa kebanyakan buatan Jepang. Industri lokal mampu membangun beberapa unit, baik diesel dan listrik.
Untuk menguji Biodiesel B-20, berbagai tahapan telah dilakukan, diantaranya pengambilan sampel bahan bakar diesel, uji performa lokomotif yang diuji dengan menempuh jarak sejauh 23.000 km atau 1.620 jam untuk Lokomotif jenis General Electric), dan 27.000 km atau 1.770 jam untuk mesin jenis Electro Motive Diesel (EMD).
Lokomotif-lokomotif dengan B-20 diuji coba untuk menarik kereta api batu bara rangkaian panjang (babaranjang). Rangkaian tersebut adalah rangkaian terpanjang dan terberat dibandingkan rangkaian lainnya. Tujuannya agar dapat melihat kemampuan bahan bakar B-20 pada beban kerja terberatnya.