JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kementerian Perindustrian RI memperkenalkan inovasi baru bernama produksi Minyak Sawit Mentah tanpa perebusan (sterilisasi) dengan metode SPOT (Steamless Palm Oil Technology) yang dapat mengurangi emisi karbon dalam pengolahan kelapa sawit.
Dirjen Industri Agro Kemenperin RI menjelaskan teknologi ini efektif dalam penurunan emisi GRK berasal dari penggunaan steam yang lebih hemat, nihil limbah cair POME, dan efisiensi proses produksi komprehensif dan intensif.
“SPOT mampu menurunkan emisi GRK sekitar 20,84% dari pabrik kelapa sawit (PKS) konvensional berkapasitas sama, yaitu 1.296,1 kgCO2 eq/ton CPO pada PKS biasa menjadi 1.026,4 kgCO2 eq/ton produk PMO (Palm Mesocarp Oil),” papar Putu dalam sambutannya saat mewakili Menteri Perindustrian pada Pekan Riset Sawit Indonesia (PERISAI) 2023 di Surabaya, Rabu (25/10), sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Perindustrian RI.
Dikatakan Putu, strategi konkret program dekarbonisasi untuk mencapai Net Zero Emission di sektor industri kelapa sawit berikutnya adalah menginjeksi teknologi produk/proses produksi yang ramah emisi GRK. Kementerian Perindustrian sedang menginisiasi introduksi teknologi baru.
“Ke depan, kami memprediksi bahwa aspek bangkitan emisi GRK dari proses produksi industri hilir kelapa sawit juga akan menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih produk hilir kelapa sawit dengan net emission index yang rendah,” jelasnya.
Kemenperin mengapresiasi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam mendukung beberapa kegiatan riset yang relevan dengan upaya dekarbonisasi nasional dalam rangka mencapai Net Zero Emission. Hal ini sejalan dengan target yang telah ditetapkan Menteri Perindustrian bahwa NZE sektor industri dapat tercapai pada tahun 2050, atau 10 tahun lebih awal dari target yang ditentukan yaitu pada tahun 2060.
“Kami mengharapkan agar topik riset tersebut dapat berkelanjutan untuk mencapai target Net Zero Emission yang telah ditetapkan,” tutup Putu.