JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Dr. Ir. Petrus Gunarso, MSc. Dewan Pakar Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia (Persaki) mengatakan, negara-negara maju memainkan isu deforestasi untuk lepas tanggung jawab atas masalah perubahan iklim dan untuk mematikan industri minyak sawit (CPO) Indonesia.
Negara-negara tersebut kemudian mengecap sawit sebagai penyebab utama deforestasi, dengan memainkan isu bahwa sawit penyebab perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Ia mempertanyakan bagaimana masalah penurunan emisi karbon (CO2) mesti diselesaikan dengan mengurangi jumlah produksi sawit Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa negara maju takut tersaingi dengan perdagangan CPO Indonesia yang menguasai 85 persen pasar dunia.
“Menurunkan emisi dengan menurunkan produksi sawit sebagai sesuai yang tidak pas dan tidak kontekstual, fokusnya bukan pada isu deforestasi tetapi komoditas sawit yang terlalu dominan akan terus ditodong dengan tanggung jawab besar dan dicari kesalahannya. Salah satunya dengan menjadi deforestasi sebagai penyebab utama perubahan iklim. Kita ditakutkan akan seperti negara Arab, potensi energi berbasis matahari, air, tanah dan minyak kita besar,”kata Petrus dalam diskusi publik di Jakarta, Jumat (31/3).
Padahal, kata dia, tingkat emisi CO2 di Indonesia lebih rendah dibandingkan Cina, Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Namun, akibat keikutsertaan Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim PBB atau COP di Paris, Perancis pada 2015, membuat Indonesia mesti mengurangi emisi karbon dengan bantuan dana miliar dolar Amerika dari negara kaya tersebut.
“Kita baru mulai merubah lahan untuk pembangunan, tetapi dianggap melakukan deforestasi terbesar. Memang ya, kalau begini lebih mudah menyuruh negara berkembang mengurangi emisi karbon dengan kasih duit tapi komitmen itu belum jalan dan kita berkomitmen menurunkannya sendiri sebesar 29%. Perubahan iklim itu tanggung jawab semua, tetapi Amerika Serikat justru mundur, padahal ini dampak pembangunan dari Amerika dan mereka harus tanggung jawab,” jelas dia.