JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kabut asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan, wilayah sentra perkebunan sawit, dikhawatirkan sejumlah pengamat dan pelaku usaha akan berdampak kepada produksi buah sawit. Tak hanya itu, kekeringan di perkebunan sawit mengakibatkan terjadinya defisit air lantaran curah hujan di bawah rata-rata. Lalu, seperti apa efek asap dan defisit air kepada tanaman sawit?
Tony Liwang, Direktur Plant Production and Biotechnology PT Smart Tbk, asap akan berpengaruh kepada stomata (mulut daun) yang cenderung menutup sehingga proses fotosintesis akan berkurang. Sehingga produksi vegetatif dan generatif menjadi berkurang dan melambat.
Sementara itu, defisit air akan berdampak kepada tidak terserapnya pupuk. Selain itu, buah yang sudah terbentuk akan kekurangan nutrisi untuk membesarkan buah dan sintesis minyak. Secara jangka panjang ketika sex differentiation akan lebih banyak keluar bunga jantan. Ketika keluar bunga jantan sekitar 24 bulan setelah terjadi proses kekurangan air.
“Akibatnya, jumlah bunga jantan makin banyak yang berdampak kepada minimnya pembentukan Tandan Buah Segar (TBS) sawit. Pengaruh iklim kering dan asap baru dirasakan pada awal tahun depan,” kata Tony kepada SAWIT INDONESIA melalui pesan singkat.
Derom Bangun, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengakui pengaruh El Nino mengakibatkan pembesaran buah kelapa sawit mengecil 3%-4% pada tahun depan. Dampak lebih lanjut yaitu produksi buah sawit bisa terpangkas antara 5%-10% pada 2016.