SEMAARANG, SAWIT INDONESIA – Santosa, Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk mengakui tingginya harga pupuk dan bahan bakunya memengaruhi alokasi belanja modal di tahun ini. Konflik Rusia-Ukraina sangat memengaruhi harga pupuk termasuk bahan bakunya.
”Kenaikan pupuk sampai 90% sudah sangat terasa dampaknya. Kita belum tahu berapa kenaikan harga pupuk di semester kedua,” ujarnya.
Tingginya harga pupuk inilah yang mengakibatkan alokasi dana peremajaan tanaman (replanting) naik 33%. Sebelum kenaikan harga pupuk, perusahaan mengalokasikan rerata Rp 90 juta per hektare sampai tanaman menghasilkan. Setelah harga pupuk meroket, biaya replanting ikut terkerek menjadi Rp 120 juta per hektare.
“Memang alokasi capex masih sulit dipastikan karena faktor pergerakan harga pupuk. Kegunaan pupuk untuk biaya replanting guna menjaga keberlanjutan produksi,” kata lulusan FMIPA Universitas Gajah Mada ini.
“Setiap tahun, target peremajaan tanaman yang berusia tua antara 5.000-6.000 hektare. Sebagai perusahaan publik, kami harus menjaga kestabilan produksi. Karena kebun inti perusahaan ada yang telah memasuki usia 20 tahun. Kami seleksi kebun-kebun yang akan diremajakan supaya produksi tidak drop,” ujarnya.
Dikatakan Santosa, manajemen berusaha menjaga pertumbuhan produksi CPO supaya tidak turun melalui serangkaian kebijakan seperti efektivitas kegiatan pemupukan. Pasalnya, dampak dari kondisi industri sawit di tahun lalu memengaruhi kegiatan di perkebunan. Sebagai contoh, ketika pemerintah memperketat ekspor sawit di tahun lalu yang berakibat penumpukan stok minyak sawit di tanki penyimpanan.
Maka, perusahaan mengambil langkah perpanjangan rotasi panen untuk menjaga keseimbangan suplai dan produksi. Di sisi lain, kebijakan ini dipastikan berdampak kepada tanaman.
Dikatakan Santosa, Astra Agro juga mengambil buah sawit dari pihak ketiga seperti petani. Karena itulah, perusahaan mesti merotasi panen kebun intinya supaya TBS petani tetap terserap di tahun lalu.
PT Astra Agro Lestari Tbk mengelola perkebunan sawit seluas 286,7 ribu hektare. Di Kalimantan, perkebunan sawit Astra Agro mencapai 130,8 ribu hektare atau 45,6% dari total luasan. Selanjutnya, Sulawesi mencapai 105.7 ribu hektare atau 36,7% dan Sumatera sekitar 50,7 ribu hektare atau 17,7%.